KEMULIAAN MUHARRAM DAN HIKMAH HIJRAH
السلام
عليكم ورحمة الله وبركاته

Saudara-saudara Kaum Muslimin, jamaah
shalat Jumat yang dirahmati Allah,
Marilah kita selalu meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah Ta’ala. Dengan taqwa yang sebenar-benarnya yaitu dengan menjalankan semua perintahNya dan meninggalkan semua laranganNya agar kita menjadi orang yang paling mulia disisiNya.
Bulan Muharram adalah satu di
antara bulan-bulan yang mulia (al-asyhur al-hurum), yang diharamkan berperang
di bulan ini. Ia dipandang bulan yang utama setelah bulan Ramadhan. Oleh
karenanya, kita disunnahkan berpuasa terutama pada hari ‘Asyura, yakni menurut
pendapat mayoritas ulama, tanggal 10 Muharram. Di antara fadhilah bulan
Muharram, adalah ia dipilih oleh Allah subhanahu wata’ala sebagai momen
pengampunan umat Islam dari dosa dan kesalahan.
Kemuliaan bulan Muharram ini
lebih lanjut karena dipilih sebagai awal tahun dalam kalender Islam. Untuk itu,
marilah kita bersama-sama mengulas kembali sejarah tahun baru Hijriah, yakni
sejarah penanggalan atau penetapan kalender Islam, yang diawali dengan 1
Muharram. Mengapa para sahabat memilih bulan Muharram sebagai awal penanggalan
Islam?
Dalam kitab Shahih al-Bukhari, pada kitab Manâqib al-Anshâr (biografi
orang-orang Anshar) pada Bab Sejarah Memulai Penanggalan, disebutkan,
عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ قَالَ مَا عَدُّوْا مِنْ مَبْعَثِ النَّبِيِّ ﷺ وَلَا مِنْ وَفَاتِهِ مَا عَدُّوْا إِلَّا مِنْ
مَقْدَمِهِ الْمَدِينَةَ
Artinya:
“Dari Sahl bin Sa’d ia berkata: mereka (para sahabat)
tidak menghitung (menjadikan penanggalan) mulai dari masa terutusnya Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam dan tidak pula dari waktu wafatnya beliau, mereka
menghitungnya mulai dari masa sampainya Nabi di Madinah”.
Hal itu
dilakukan meskipun tidak diketahui bulan kehadirannya itu, karena sejarah itu
sebenarnya merupakan awal tahun. Sebagian sahabat berkata pada ‘Umar, ”Mulailah
penanggalan itu dengan masa kenabian”; sebagian berkata: ”Mulailah penanggalan
itu dengan waktu hijrahnya Nabi”. ‘Umar berkata, ”Hijrah itu memisahkan antara
yang hak (kebenaran) dan yang batil, oleh karena itu jadikanlah hijrah itu
untuk menandai kalender awal tahun Hijriah”.
Ma’âsyiral muslimîn rahimakumullâh,
Setelah para sahabat sepakat mengenai peristiwa hijrah
dijadikan sebagai awal penanggalan Islam, ada sebagian sahabat yang berpendapat
bahwa untuk awal bulan Hijriyah itu: ”Mulailah dengan bulan Ramadhan”, tetapi
‘Umar radliyallahu 'anh berpendapat: ”Mulailah dengan Muharram”, itu karena
Muharram merupakan masa selesainya umat Islam dari menunaikan hajinya. Lalu
disepakatilah tahun baru hijriah itu dimulai dengan bulan Muharram.
Allah telah memuji
orang-orang yang berhijrah, dan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. setelah hari
kemenangan Fath Makkah bersabda:
لاَ هِجْرَةَ بَعْدَ الْفَتْحِ وَلَكِنْ جِهَادٌ
وَنِيَّةٌ وَإِذَا اسْتُنْفِرْتُمْ فَانْفِرُوْا (مُتَّفّقٌ عَلَيْه).
وَمَعْنَاهُ:لاَ هِجْرَةَ مِنْ مَكَّةَ لِأَنَّهَا صَارَتْ دَارَ إِسْلاَمٍ
Artinya:
”Tidak
ada hijrah setelah penaklukan kota Makkah, akan tetapi jihad dan niat, dan jika
kalian diminta untuk pergi berjihad maka pergilah” (Muttafaq ‘alaih dari jalur
‘Aisyah radliyallahu ‘anha) Maknanya: Tidak ada hijrah dari Makkah karena dia
telah menjadi negeri Islam.
Hijrahnya Rasul dari Makkah ke Madinah yang terjadi
pada tahun 622 M., bukanlah sekadar peristiwa dalam sejarah Islam, tetapi
banyak petuah dan pelajaran berharga bagi kita, yang terpenting di antaranya
adalah bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ketika keluar dari Makkah
berhijrah menuju Madinah itu tidaklah dalam keadaan membenci penduduk Makkah,
justru beliau cinta kepada penduduk Makkah. Oleh karena itu ketika beliau
keluar meninggalkan Makkah beliau berkata:
وَاللهِ إِنَّكِ لَخَيْرُ أَرْضِ
اللهِ وَأَحَبُّ أَرْضِ اللهِ إِلَى اللهِ، وَلَوْلَا أَنِّيْ أُخْرِجْتُ مِنْكِ
مَا خَرَجْتُ (رواه الترميذي والنسائي عن عبد الله بن عدي بن حمراء رضي الله عنه)
Artinya:
”Demi Allah, sungguh kamu (Makkah) adalah sebaik-baik bumi Allah, dan
bumi Allah yang paling dicintai Allah, seandainya aku tidak dikeluarkan darimu
(Makkah) maka tiadalah aku keluar --darimu.” (HR. al-Tirmidzi, al-Nasa’i, Ibn
Mâjah dll, dari ‘Abdullâh bin ‘Addî bin Hamrâ’ radliyallahu ‘anhum).
Ini
menunjukkan betapa kecintaan beliau kepada Makkah dan penduduk Makkah,
sebagaimana maqalah populer menyatakan hubbul wathan minal iman, cinta tanah
air adalah ekspresi kesempurnaan iman. Dan satu hal yang penting dalam hijrah
adalah bahwa hijrah itu adalah bermakna luas, sebagaimana disebutkan dalam
hadits yang mulia bahwa:
وَالْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللهُ عَنْهُ
(رواه البخاري)
Artinya:
”Orang yang berhijrah itu adalah orang yang berhijrah,
meninggalkan apa-apa yang dilarang oleh Allah” (HR. al-Bukhârî).
Hijrah di sini
bermakna luas, meninggalkan adat atau tradisi fanatisme kesukuan, dan
menegaskan hijrah itu meninggalkan dari segala yang dilarang oleh Allah dan
yang di dalamnya membahayakan manusia.
Kaum Muslimin yang dikasihi Allah,
Demikianlah keistimewaan bulan Muharram dan poin-poin penting dari hikmah
hijrah. Sebagai penutup khutbah ini, marilah kita renungkan firman Allah dalam
surat al-Anfâl (8) ayat 74:
وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَهَاجَرُوْا وَجَاهَدُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللهِ وَالَّذِيْنَ اٰوَوْا وَنَصَرُوْاۧ أُوْلَٓئِكَ هُمُ الْمُؤْمِنُوْنَ حَقًّاۗ لَّهُم مَّغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيْمٌ
Artinya:
"Dan orang-orang yang beriman dan
berhijrah serta berjihad di jalan Allah, dan orang-orang yang memberi tempat
kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang muhajirin), mereka itulah orang
yang benar-benar beriman. Mereka memperoleh ampunan dan rezeki (nikmat) yang
mulia".
I'tibar:
Dalam memuliakan dan memperingati tahun baru Hijriah harus memperhatikan hikmah atau pelajaran yang berharga dari peristiwa hijrahnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya, yang dapat disebutkan dalam beberapa poin penting berikut ini:
1. Hijrah itu adalah perpindahan dari keadaan yang kurang mendukung dakwah kepada keadaan yang mendukung.
2. Hijrah itu adalah perjuangan untuk suatu tujuan yang mulia, karenanya memerlukan kesabaran dan pengorbanan.
3. Hijrah itu adalah ibadah, karenanya motivasi atau niat adalah untuk kebaikan dan kemaslahatan.
4. Hijrah itu harus untuk persatuan dan kesatuan, bukan perpecahan. Hijrah itu adalah jalan untuk mencapai kemenangan. Hijrah itu mendatangkan rezeki dan rahmat Allah. Hijrah itu adalah teladan Nabi dan para sahabat yang mulia, yang seyogianya kita ikuti.
Demikian khutbah ini semoga bermanfaat. Semoga kita, keluarga kita,
masyarakat kita, dan bangsa kita Indonesia, dapat berhijrah kepada kebaikan dan
kemuliaan. Amin.
و السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
شفاعة
Mantappp
BalasHapus