SPIRIT MENUTUP AIB ORANG LAIN
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Mengawali khutbah pada siang hari yang penuh keberkahan ini, khatib berwasiat kepada kita semua terutama kepada diri khatib pribadi untuk senantiasa berusaha meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah subhanahu wata’ala dengan melakukan semua kewajiban dan meninggalkan seluruh yang diharamkan.
Sekarang
ini kita menyaksikan, betapa mudahnya seseorang membuka aib sesama, melempar
tudingan, mencari-cari kesalahan orang lain, menyebarluaskannya dan bahkan
menjadikannya sebagai lelucon, tanpa menyadari akan bahayanya. Mereka berbicara
tanpa mengindahkan larangan agama, berbicara tanpa fakta nyata dan hanya
mengikuti hawa nafsunya saja. Mereka tidak menyadari bahwa semua perkataan yang
mereka ucapkan kelak akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah swt. Sehingga dalam kesempatan ini kami mengambil tema "SPIRIT MENUTUP AIB ORANG LAIN".
Salah satu bahaya lisan yang sedang merebak
luas adalah tentang ghibah. Ini terjadi di mana saja, baik di pasar, warung,
halaman rumah, dapur, ruang tamu, tempat kerja, dan bahkan di masjid dan
mushala. Ironisnya, hal ini sudah dianggap biasa dan menjadi hidangan
keseharian dalam pergaulan. Juga tak kalah serunya dengan adanya acara-acara
infotainmen tentang ghibah di berbagai media massa, yang kerapkali
menyebut-nyebut keburukan orang lain. Berkenaan dengan hal ini, Allah swt
memberikan peringatan dalam Al-Qur’an:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱجْتَنِبُوا۟ كَثِيرًا مِّنَ ٱلظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ
ٱلظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا۟ وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ
أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ
ۚ إِنَّ ٱللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ
Artinya:
"Wahai orang-orang yang beriman,
jauhilah kebanyakan dari prasangka, karena sesungguhnya sebagian dari prasangka
itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan dan aib orang lain
dan janganlah kamu menggunjing (ghibah) sebagian yang lain. Apakah seseorang
dari kamu suka memakan daging saudaranya yang telah mati? Maka sudah tentu kamu
jijik kepadanya. (Oleh karena itu, jauhilah larangan-larangan yang tersebut)
dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha
Penyayang." (QS Al-Hujurat: Ayat 12)
Diriwayatkan oleh Ibnu Mundzir bahwa ayat diatas turun berkenaan dengan
peristiwa salah seorang sahabat Rasul saw yang bernama Salman al-Farisi yang
bila selesai makan, suka terus tidur dan mendengkur. Pada waktu itu ada orang
yang menggunjing perbuatannya. Maka turunlah QS al-Hujurat ayat 12 yang
melarang seseorang mengumpat dan menceritakan aib orang lain.
Selaras dengan larangan Allah swt tersebut,
Rasulullah saw juga melarang mengumbar aib orang lain. Sebagaimana sabdanya:
إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيثِ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا
تَحَسَّسُوا وَلَا تَبَاغَضُوا وَكُونُوا إِخْوَانًا
Artinya:
“Jauhilah oleh kalian prasangka, sebab
prasangka itu adalah ungkapan yang paling dusta. Dan janganlah kalian
mencari-cari aib orang lain, jangan pula saling menebar kebencian dan jadilah
kalian orang-orang yang bersaudara” (HR al-Bukhari).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata aib itu memiliki arti malu, cela, noda,
salah ataupun keliru. Menurut al-Fairuz Abadzi dalam Al-Qamus al-Muhith,
secara bahasa, aib (العيب) bermakna cacat atau kekurangan. Bentuk jamaknya
adalah uyub. Adapun sesuatu yang memiliki aib, dalam bahasa Arab disebut ma’ib. Sementara
itu sebagian
ulama mazhab Hanafi menjelaskan aib dengan pengertian:
مَا يَخْلُو عَنْهُ أَصْل الْفِطْرَةِ السَّلِيمَةِ
مِمَّا يُعَدُّ بِهِ نَاقِصًا
Artinya:
“Suatu bagian yang tidak ada dari asal
penciptaannya dan hal itu dianggap sebagai bentuk kekurangan”.
Secara psikologis, jika kita mendengar suatu
informasi dari orang lain lalu menjadikan hati kita merasa tidak enak, maka hal
ini dapat disebut aib. Aib dapat berupa peristiwa, keadaan, atau suatu
penjelasan. Seringkali aib sendiri maupun orang lain diumbar secara sadar/tidak
sadar kita sebarkan ke orang lain, bahkan diviralkan ke media massa atau media
sosial. Aib merupakan sesuatu yang digambarkan buruk, tidak terpuji, dan
negatif. Aib adalah suatu cela atau kondisi yang tidak baik tentang seseorang
jika diketahui oleh orang lain akan membuat rasa malu yang membawa kepada efek
psikologi yang negatif. Korban akan merasa terzalimi, disudutkan, dan bahkan
dilemahkan jatidirinya.
Aib terbagi menjadi dua,
yaitu aib khalqiyah yang bersifat kodrati dan Aib khuluqiyah yang
berkenaan dengan perilaku.
Aib khalqiyah merupakan aib karena
terdapat cacat di salah satu organ tubuh atau penyakit yang membuatnya malu
jika diketahui oleh orang lain.
Sedangkan yang kedua
yaitu aib khuluqiyah yang bersifat fi’li (perilaku)
merupakan aib dari perbuatan maksiat, baik yang dilakukan
sembunyi-sembunyi atau terang-terangan.
Rasulullah bersabda:
وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا, سَتَرَهُ اَللَّهُ فِي اَلدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ
Artinya:
“Barang siapa menutupi aib seorang, Allah
akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat” (HR Muslim).
Menutup aib orang lain tidak hanya memiliki
keutamaan akan menutup aib kita di dunia dan akhirat, tapi juga seperti
menghidupkan bayi yang dikubur hidup-hidup. Hal ini sebagaimana yang disinyalir
oleh hadits Nabi saw yang berbunyi: “Siapa melihat aurat (aib orang lain) lalu
menutupinya, maka seakan-akan ia menghidupkan bayi yang dikubur hidup-hidup”
(HR Abu Daud).
Untuk itu, mari kita jauhi ghibah, dusta,
prasangka, dan mencari-cari kesalahan orang lain serta menyebarluaskan aib
sesama. Jagalah aib orang lain sebagaimana kita menjaga aib pribadi. Dan mari
kita amalkan doa yang biasa dibaca Rasulullah pada pagi dan petang, sebagaimana
yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar ra:
اللّٰهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَافِيَةَ فِى الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ اللّٰهُمَّ
إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِيْ دِينِيْ وَدُنْيَايَ وَأَهْلِيْ
وَمَالِيْ اللّٰهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَتِيْ
Artinya:
“Yaa Allah sesungguhnya aku meminta kepada Mu
‘Afiyah di dunia dan akhirat. Yaa Allah aku memohon kepada Mu ‘‘Afwaa dan
‘Afiyah pada urusan agamaku, duniaku, keluargaku dan hartaku. Yaa Allah tutupi
auratku (aib-aibku)”
و السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
شفاعة
Komentar
Posting Komentar