SPIRIT MAULID DAN TURUNNYA RAHMAT ALLAH
Begitu mulianya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, sehingga sebagian ulama menganggap malam kelahirannya tidak kalah mulianya dibandingkan dengan malam Lailatul Qadar. Karena adanya malam Lailatul Qadar (sebagai malam diturunkannya Al-Qur’an) disebabkan adanya kelahiran Rasulullah sebagai penerima wahyu Al-Qur’an. Rasul yang dipercaya mengemban dan menyampaikan Al-Qur’an kepada umat manusia di bumi ini.
Demikian mulianya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam hingga dalam hadits qudsi Allah mengatakan:
لَوْلَاكَ لَوْلَاكَ يَا مُحَمّد لما خَلَقْتَ الأَفْلَاك
Artinya: “jika tidak karena Muhammad, Aku tidak ciptakan alam semesta ini”.
Akan tetapi sangat disayangkan bahwa bulan maulid ini malah terkesan menjadi bulan saling menuduh dan membid’ahkan. Hanya karena berbeda pendapat mengenai hukum peringatan maulid. Padahal tidak demikian seharusnya. Di bulan kelahiran Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ini, umat Islam harus sadar dan kembali merapatkan barisan, meningkatkan ketakwaan dan merealisasikannya dalam realitas kehidupan. Sehingga menjadi nyata apa yang difirmankan oleh Allah subhanahu wata'ala bahwa Dia mengutus Rasulullah sebagai rahmat bagi semesta alam. wa ma arsalnaka illa rahmatan lil alamin.
Rahmat yang sudah sepatutnya kita syukuri dengan cara memperbanyak baca shalawat dan menyenangkan kaum fakir miskin dengan bersedekah. Bahkan keberadaan rahmat itu mewajibkan kita selaku umat untuk menyambutnya dengan gembira :
قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَٰلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ
Artinya: "Katakanlah dengan karunia Allah dan rahmat-Nya hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmatNya itu adalah lebih baik dari pada apa yang merek kumpulkan". (Yunus: 58)
Apakah yang dimaksud dengan rahmat dalam ayat di atas? Apakah bentuk rahmat itu? Para mufassir berbeda pendapat mengenai hal ini. Namun dalam ulumul qur’an diterangkan bahwa menafsirkan ayat dengan ayat al-Qur’an yang lain merupakan bentuk penafsiran yang paling kuat. Karenanya as-Suyuthi dalam ad-Durrul Mantsur menerangkan bahwa rahmat itu tiada lain adalah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.
Hal ini senada dengan kutipan Ibnu Abbas:
وأحرج أبو الشيخ عن ابن عباس فى الأية قال: فضل الله العلم ورحمته محمد صلى الله عليه وسلم: قال الله وما أرسلنك إلا رحمة للعالمين
Bahwa yang dimaksudkan dengan karunia Allah swt adalah ilmu dan rahmat-Nya adalah Nabi Muahammad shallallahu 'alaihi wasallam. Allah swt telah berfirman (Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam). (al-Anbiya: 107)
Maka menjadi jelas bahwa Rasulullah memang diciptakan oleh Allah sebagai rahmat bagi alam jagad raya. Maka kalimat selanjutnya dalam Surat Yunus di atas yang berbunyi ‘hendaklah mereka bergembira’ secara otomatis memerintahkan kepada umat muslim menyambut gembira atas rahmat tersebut.
Demikian pentingnya merasa bergembira menyambut kelahiran Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sehingga Imam Imam al-Suyuthy (849-910 H/ 1445-1505 M) dalam Husnul Maqshad fi Amalil Maulid memberikan petunjuk cara merayakan maulid Nabi yang benar:
أنَّ أصْلَ عَمَلِ الْمَوْلدِ الَّذِى هُوَ اِجْتِمَاعُ النَّاسِ وَقِرَاءَةُ مَا تَيَسَّرَ مِنَ الْقُرْآنِ. وَرِواَيَةُ الأخْبَارِ الوَارِدَة فِى مَبْدَءِ أمْرِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَا وَقَعَ فِى مَوْلِدِهِ مِنَ الآيَاتِ ثُمَّ يَمُدُّ لَهُمْ سِمَاطٌ يَأكُلُوْنَهُ وَيَنْصَرِفُوْنَ مِنْ غَيْرِ زِيَادَةٍ عَلَى ذَلِكَ مِنَ الْبِدَعِ الْحَسَنَةِ الَّتِى يُثَابُ عَلَيْهَا صَاحِبُهَا لِمَا فِيْهِ مِنْ تَعْظِيْمِ قَدْرِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَاِظْهَارِ الْفَرَحِ وَالاِسْتِبْشَارِ بِمَوْلِدِهِ الشَّرِيْفِ
Artinya: "Bahwa asal perayaan Maulid Nabi Muhammad, yaitu manusia berkumpul, membaca al-Qur’an dan kisah-kisah teladan kemudian menghidangkan makanan yang dinikmati bersama, setelah itu mereka pulang. Hanya itu yang dilakukan, tidak lebih. Semua itu termasuk bid’ah hasanah. Orang yang melakukannya diberi pahala karena mengagungkan derajat Nabi, menampakkan suka cita dan kegembiraan atas kelahiran Nabi Muhammad yang mulia". (Al-Hawy Lil Fatawa, Juz I, h. 189-197 )
Hal kedua adalah bercerita tentang kisah Rasulullah yang penuh keteladanan. Teladan bagi pemuda, bagi pedagang, bagi seorang suami, bagi seorang pemimpin dan juga bagi segenap umatnya.
Dan ketiga adalah mencintai Nabi. Ibn Taimiyah sebagaimana dikutip Sayyid Muhammad bin Alwi al-Maliki , yaitu:
يَقُوْلُ اِبْنُ تَيْمِيَّة قَدْ يُثَابُ بَعْضُ النَّاسِ عَلَي فِعْلِ الْمَوْلِدِ وَكَذَلِكَ مَا يُحْدِثُهُ بَعْض النَّاسِ إمَّا مُضَاهَاة لِلنَّصَارَى فِى مِيْلاَدِ عِيْسَى عليه السلام وَإمَّا مَحَبَّةٌ لِلنَّبي صلي الله عليه وسلم وَتَعْظِيْمًالَهُ وَالله قَدْ يُثِيْبُهُمْ عَلَى هَذِهِ الْمَحَبَّةِ وَالاجْتِهَادِ لاَ عَلَى الْبِدَعِ
Artinya: Ibn Taimiyyah berkata, “orang-orang yang melaksanakan perayaan Maulid Nabi akan diberi pahala. Demikian pula apa yang dilakukan oleh sebagian orang. Adakalanya bertujuan meniru di kalangan Nasrani yang memperingati kelahiran Isa AS, dan adakalanya juga dilakukan sebagai ekspresi rasa cinta dan penghormatan kepada Nabi Muhammad. Allah Ta’ala akan memberi pahala kepada mereka atas kecintaan mereka kepada Nabi mereka, bukan atas bid’ah yang mereka lakukan.” (Manhajus Salaf fi Fahmin Nushush Bainan Nadzariyyat wat Tathbiq, h. 399).
Jika kita merasa gembira akan kedatangan Rasulullah itu pertanda kita mencintainya. Biasanya orang yang cinta akan selalu berharap berjumpa dengan yang dicinta. Sebagaimana layaknya pemuda yang baru merasa ‘gandrung’ dengan sang kekasih. Ingin selalu bertemu walaupun hanya dalam mimpi.
Akhirnya, cinta kita kepada Rasulullah sebenarnya dapat dibuktikan dalam kehidupan keseharian. Apalagi dalam masa seperti ini. Di mana banyak sekali keluarga dan saudara seiman yang memerlukan bantuan kita. baik bantuan tenaga maupun bantuan materiil. Inilah saatnya membuktikan cinta kita kepada Rasulullah dengan meneladani beliau sebagai penolong yang lemah. Yang selalu mendahulukan kepentingan orang lain (umatnya) dari pada kepentingan pribadi atau golongan. Marilah kita jadikan turunnya rahmat di bulan maulid ini sebagai rahmat bagi kita semua. Rahmat karena kita memiliki peluang untuk membuktikan cinta kita dengan bersedekah dan beramal saleh kepada yang membutuhkan. Dan bantuan itu benar-benar merupakan rahmat bagi mereka yang membutuhkan.
Demikian semoga bermanfaat. Aamiin.
و السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
شفاعة
Komentar
Posting Komentar