DIAM

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
 
 
 Diam is Danger!
 
Marilah kita tingkatkan takwa kita kepada Allah SWT, karena manusia terbaik di sisi Allah  adalah yang paling bertakwa kepada-Nya. Dan marilah kita wujudkan ketakwaan ini dengan senantiasa menjalankan segala perintah Allah  dan menjauhi segala yang dilarang Allah
 
Kita sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari berkomunikasi dengan manusia yang lain, baik secara lisan dan kalau jaman sekarang dengan tulisan/jari. Beberapa dalil sering kita dengar yang terkait menjaga lisan, diantaranya:

Hadits Rasulullah:

  مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِالله وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ. 
 
Artinya:
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah dia berkata baik atau diam” (HR. al-Bukhari dan Muslim).
 
Dalam Hadits yang lain Rasulullah SAW  bersabda:

سلامة الإنسان في حفظ اللسان

 
Artinya:
"Keselamatan manusia tergantung pada kemampuannya menjaga lisan." (HR. al-Bukhari).
 
Sehingga dalam kesempatan ini kami mengambil tema "Diam", dan menjelaskan "Untuk Apa Sebenarnya Lisan Diciptakan?"
 
Al-Imam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazali al-Thusi yang lebih kta kenal dengan Imam Ghazali menyampaikan dalam kitab Bidayatul Hidayah, bahwa ada empat hal tujuan diciptakannya lisan oleh Allah SWT :
 
Pertama, memperbanyak dzikir, ingat kepada Allah . Hal ini sebagai bentuk kita bersyukur kepada-Nya yang telah memberikan begitu banyak nikmat. Banyaknya menyebut asma-Nya dan mengingat-Nya dengan berdzikir, juga merupakan wujud cinta kita kepada-Nya. Sebab, pepatah mengatakan bahwa semakin kita cinta, semakin kita akan sering menyebut-nyebut namanya. Bahkan dalam sebuah hadits, Rasulullah saw. mengingatkan bahwa hamba yang paling utama derajatnya di sisi Allah pada hari kiamat nanti adalah mereka yang banyak berdzikir kepada Allah
 
Imam Abul Hasan al-Wahidi mengutip pernyataan Ibnu Abbas, mengatakan bahwa maksud dari hadits tersebut adalah berdzikir kepada Allah di berbagai kesempatan seperti usai shalat, tidur, bangun dari tidur, setiap makan dan juga saat istirahat, bahkan saat berangkat ke tempat kerja.
Memang dzikir kepada Allah tidak harus diucapkan, namun dengan diucapkan kita lebih mantap untuk selalu mengingat Allah.
 
Kedua, membaca Al-Qur’an. Hal ini penting untuk dapat menuntun kita ke jalan agama Allah yakni agama Islam. Membaca Al-Qur’an juga memberikan kita begitu banyak pahala, meskipun kita tidak memahami kandungan dari ayat-ayat yang kita baca. Memperbanyak membaca Al-Qur’an juga akan memberikan kita syafaat kelak di hari kiamat. Bahkan dalam sebuah hadits, Rasulullah Saw bersabda:
 
 خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ 
 
Artinya:
"Sebaik-baiknya orang di antara kalian adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya". 
 
Dengan kemajuan teknologi saat ini, kita bisa membaca Al-Quran kapan pun dan dimana pun.
 
Ketiga, memberikan petunjuk bagi makhluk Allah mengenai agamanya yang benar, yang dijalankan oleh Rasulullah dan para sahabatnya, yakni agama Islam. 
Kita bisa menyampaikan melalui lisan kita kebaikan-kebaikan Islam
 
Keempat, menyampaikan kebutuhan agama dan dunia kita. Dalam arti belajar dan melakukan sesuatu keduniaan untuk memenuhi persyaratan peribadatan kita kepada-Nya. Termasuk soal keduniaan, kita bekerja untuk memperoleh bekal makan sebagai sarana agar kuat dalam beribadah. Kita sampaikan hal-hal yang perlu melalui lisan kita.
 
Jika lisan tidak digunakan untuk selain empat hal tersebut, maka tidak ada pilihan lain kecuali diam. Sebab, jika lisan tidak digunakan sesuai dengan tujuan penciptaannya, maka hal tersebut merupakan bentuk kufur nikmat. 
 
 
I'tibar:
Untuk itu, marilah kita gunakan lisan sesuai dengan tujuannya atau lebih baik diam saja. Allah pun berfirman dalam QS Al-Ahzab: 70:
 
 يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًاۙ 
 
Artinya:
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian dan berkatalah (dengan) hal-hal baik." 
 
Dalam ayat lain, Allah berfirman:
 
 مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ اِلَّا لَدَيْهِ رَقِيْبٌ عَتِيْدٌ 
 
Artinya:
"Tidak sekali-kali seorang manusia berbicara sepatah kata pun kecuali di sampingnya terdapat Raqib dan Atid" (QS Qaf: 18). 
 
Artinya, jika bukan hal baik yang disampaikan, lebih baik diam, tidak malah mengatakan hal-hal yang buruk. Sebab, ada dua malaikat yang selalu siap sedia mencatat segala perkataan kita. 
Rasulullah Saw bersabda sebagaimana dikutip al-Imam al-Hafidz Jalaluddin Abdurrahman bin Abi Bakar al-Suyuthi dalam Lubabul Hadits:
 
 مَنْ صَمَتَ نَجَا 
 
Artinya:
“Siapa yang diam, maka dia selamat.” 
 
Syekh al-Alim al-Allamah Muhammad Nawawi bin Umar al-Bantani menjelaskan hadis tersebut dalam kitab Tanqihul Qaulil Hatsits fi Syarhi Lubabil Hadits bahwa diam dari bicara, tidak ngomong memang tidak memberikan pahala terhadap orang tersebut. Akan tetapi, dia dapat selamat dari siksa Allah. Sebab, dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Imam Thabrani dari Ibn Umar radliyallahu ‘anhuma, disabdakan: “Siapa yang banyak bicara, dia banyak salah. Siapa banyak salah, maka banyak dosanya. Siapa banyak dosanya, tentu neraka lebih utama baginya.” 

Dalam kitab lain, Syarah Muraqil Ubudiyah ala Matni Bidayatil Hidayah, Syekh Nawawi menjelaskan bahwa diam mengandung 7.000 kebaikan yang terangkum dalam tujuh kalimat berikut: 
1. Diam adalah ibadah tanpa usaha 
2. Diam adalah perhiasan tanpa permata 
3. Diam adalah kemuliaan tanpa raja 
4. Diam adalah benteng tanpa penjaga 
5. Diam adalah tidak butuh alasan manusia 
6. Diam adalah memperoleh kemuliaan malaik
7. Diam adalah tirai dari aib-aibnya 
 
Oleh karena itu, mari kita jaga lisan kita, jaga jari-jemari kita untuk menjalankan empat hal yang tadi telah dijabarkan. Jika tidak, maka tahan lisan kita untuk berbicara dan jemari kita dari menulis dan mengunggah hal-hal buruk di media sosial dengan diam. 
 
Demikian , mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua. Amin
 

و السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

 شفاعة

 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aliran Hulul dalam Tasawuf

AWAS "MUNAFIK" !

SPIRIT MEMBERSIHKAN HATI DARI HASAD