DIAM
السلام
عليكم ورحمة الله وبركاته

Marilah
kita tingkatkan takwa kita kepada Allah SWT, karena manusia terbaik di sisi Allah adalah yang paling bertakwa kepada-Nya. Dan marilah
kita wujudkan ketakwaan ini dengan senantiasa menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala yang dilarang Allah .
Kita sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari berkomunikasi dengan manusia yang lain, baik secara lisan dan kalau jaman sekarang dengan tulisan/jari. Beberapa dalil sering kita dengar yang terkait menjaga lisan, diantaranya:
Hadits Rasulullah:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ
بِالله وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ.
Artinya:
“Barang
siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah dia
berkata baik atau diam” (HR. al-Bukhari dan Muslim).
Dalam Hadits yang lain Rasulullah SAW
bersabda:
سلامة الإنسان في حفظ اللسان
Artinya:
"Keselamatan manusia tergantung pada
kemampuannya menjaga lisan." (HR. al-Bukhari).
Sehingga dalam kesempatan ini kami mengambil tema "Diam", dan menjelaskan "Untuk Apa Sebenarnya Lisan Diciptakan?"
Al-Imam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazali
al-Thusi yang lebih kta kenal dengan Imam Ghazali menyampaikan dalam kitab Bidayatul Hidayah, bahwa ada empat hal tujuan
diciptakannya lisan oleh Allah SWT :
Pertama, memperbanyak dzikir, ingat kepada
Allah . Hal ini sebagai bentuk kita bersyukur kepada-Nya
yang telah memberikan begitu banyak nikmat. Banyaknya menyebut asma-Nya dan
mengingat-Nya dengan berdzikir, juga merupakan wujud cinta kita kepada-Nya.
Sebab, pepatah mengatakan bahwa semakin kita cinta, semakin kita akan sering
menyebut-nyebut namanya. Bahkan dalam sebuah hadits, Rasulullah saw.
mengingatkan bahwa hamba yang paling utama derajatnya di sisi Allah pada hari kiamat nanti adalah mereka yang banyak
berdzikir kepada Allah.
Imam Abul Hasan al-Wahidi mengutip pernyataan
Ibnu Abbas, mengatakan bahwa maksud dari hadits tersebut adalah berdzikir
kepada Allah di berbagai kesempatan seperti usai shalat, tidur, bangun dari
tidur, setiap makan dan juga saat istirahat, bahkan saat berangkat ke tempat kerja.
Memang dzikir kepada Allah tidak harus diucapkan, namun dengan diucapkan kita lebih mantap untuk selalu mengingat Allah.
Kedua, membaca Al-Qur’an. Hal ini
penting untuk dapat menuntun kita ke jalan agama Allah yakni agama Islam. Membaca Al-Qur’an juga memberikan
kita begitu banyak pahala, meskipun kita tidak memahami kandungan dari
ayat-ayat yang kita baca. Memperbanyak membaca Al-Qur’an juga akan memberikan
kita syafaat kelak di hari kiamat. Bahkan dalam sebuah hadits, Rasulullah Saw
bersabda:
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
Artinya:
"Sebaik-baiknya
orang di antara kalian adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan
mengajarkannya".
Dengan kemajuan teknologi saat ini, kita bisa membaca Al-Quran kapan pun dan dimana pun.
Ketiga, memberikan petunjuk bagi makhluk Allah mengenai agamanya yang benar, yang dijalankan oleh
Rasulullah dan para sahabatnya, yakni agama Islam.
Kita bisa menyampaikan melalui lisan kita kebaikan-kebaikan Islam
Keempat, menyampaikan kebutuhan
agama dan dunia kita. Dalam arti belajar dan melakukan sesuatu keduniaan untuk
memenuhi persyaratan peribadatan kita kepada-Nya. Termasuk soal keduniaan, kita
bekerja untuk memperoleh bekal makan sebagai sarana agar kuat dalam beribadah. Kita sampaikan hal-hal yang perlu melalui lisan kita.
Jika lisan tidak digunakan untuk selain empat hal tersebut, maka tidak ada
pilihan lain kecuali diam. Sebab, jika lisan tidak digunakan sesuai dengan
tujuan penciptaannya, maka hal tersebut merupakan bentuk kufur nikmat.
I'tibar:
Untuk itu, marilah kita gunakan lisan sesuai dengan tujuannya atau lebih baik
diam saja. Allah pun berfirman dalam QS Al-Ahzab: 70:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًاۙ
Artinya:
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kalian dan berkatalah (dengan) hal-hal baik."
Dalam ayat lain, Allah berfirman:
مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ اِلَّا لَدَيْهِ
رَقِيْبٌ عَتِيْدٌ
Artinya:
"Tidak sekali-kali seorang manusia berbicara sepatah
kata pun kecuali di sampingnya terdapat Raqib dan Atid" (QS Qaf: 18).
Artinya, jika bukan hal baik yang disampaikan, lebih baik diam, tidak malah
mengatakan hal-hal yang buruk. Sebab, ada dua malaikat yang selalu siap sedia
mencatat segala perkataan kita.
Rasulullah Saw bersabda sebagaimana dikutip al-Imam
al-Hafidz Jalaluddin Abdurrahman bin Abi Bakar al-Suyuthi dalam Lubabul Hadits:
مَنْ صَمَتَ نَجَا
Artinya:
“Siapa yang diam, maka dia selamat.”
Syekh al-Alim al-Allamah
Muhammad Nawawi bin Umar al-Bantani menjelaskan hadis tersebut dalam kitab
Tanqihul Qaulil Hatsits fi Syarhi Lubabil Hadits bahwa diam dari bicara, tidak
ngomong memang tidak memberikan pahala terhadap orang tersebut. Akan tetapi,
dia dapat selamat dari siksa Allah. Sebab, dalam hadits lain yang diriwayatkan
oleh Imam Thabrani dari Ibn Umar radliyallahu ‘anhuma, disabdakan: “Siapa yang
banyak bicara, dia banyak salah. Siapa banyak salah, maka banyak dosanya. Siapa
banyak dosanya, tentu neraka lebih utama baginya.”
Dalam kitab lain,
Syarah Muraqil Ubudiyah ala Matni Bidayatil Hidayah, Syekh Nawawi menjelaskan
bahwa diam mengandung 7.000 kebaikan yang terangkum dalam tujuh kalimat
berikut:
1. Diam adalah ibadah tanpa usaha
2. Diam adalah perhiasan tanpa permata
3.
Diam adalah kemuliaan tanpa raja
4. Diam adalah benteng tanpa penjaga
5. Diam adalah tidak butuh alasan manusia
6.
Diam adalah memperoleh kemuliaan malaik
7. Diam adalah tirai dari aib-aibnya
Oleh karena itu, mari
kita jaga lisan kita, jaga jari-jemari kita untuk menjalankan empat
hal yang tadi telah dijabarkan. Jika tidak, maka tahan lisan kita untuk
berbicara dan jemari kita dari menulis dan mengunggah hal-hal buruk di media sosial dengan
diam.
Demikian , mudah-mudahan bermanfaat bagi kita
semua. Amin
و السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
شفاعة
Komentar
Posting Komentar