BERBUAT BAIK KEPADA TETANGGA
السلام
عليكم ورحمة الله وبركاته
Marilah kita untuk
senantiasa berusaha meningkatkan ketakwaan kepada Allah subhanahu wa ta’ala
dengan cara melaksanakan semua kewajiban dan menjauhkan diri dari seluruh yang
diharamkan. Kita ditakdirkan untuk hidup bertetangga, dialah orang terdekat kita, dialah orang yang setiap hari tahu suka duka kita, dialah orang pertama yang akan membantu kita, sehingga dalam kesempatan ini kita mengambil tema berbuat baik kepada tetangga.
Allah berfirman dalam Surat Annisa' 36:
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ
شَيْئًا، وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى
وَالْمَسَاكِينِ
وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ
بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ، إِنَّ اللَّهَ
لَا
يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا
Artinya:
"Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan
sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa,
karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat
dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba
sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan
membangga-banggakan diri".
Dalam ayat di atas, salah satu
perintah yang disampaikan kepada kita adalah berbuat baik kepada tetangga.
Yaitu dalam firman-Nya:
وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ
Yakni tetangga dekat maupun tetangga yang jauh dari rumah kita,
atau tetangga yang ada hubungan kekerabatan dengan kita maupun tetangga yang
tidak ada hubungan kekerabatan dengan kita. Terhadap mereka semua, kita
diperintahkan untuk berbuat baik.
Baginda Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam memberitahu kita bahwa salah satu tanda kesempurnaan iman
seseorang adalah memuliakan tetangga. Baginda bersabda:
منْ كَانَ يُؤْمِنُ
بِاللهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ (رواه البخاريّ ومسلم)
Artinya:
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir (dengan iman yang
sempurna), maka hendaklah ia memuliakan tetangganya” (HR al-Bukhari dan
Muslim).
Bahkan Baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kepada
para perempuan, yaitu istri-istri kita untuk berbuat baik kepada
tetangga-tetangga perempuan mereka dalam sabdanya:
يَا نِسَاءَ
الْمُسْلِمَاتِ لَا تَحْقِرَنَّ جَارَةٌ لِجَارَتِهَا وَلَوْ فِرْسِنَ شَاةٍ (رواه
مالك في الموطأ)
Artinya:
“Wahai para perempuan Muslimah, janganlah sekali-kali
seseorang dari kalian menganggap remeh untuk berbagi dengan tetangganya
meskipun hanya dengan kuku kambing” (HR Malik dalam al-Muwattha’).
Salah satu hal yang dapat menguatkan hubungan kita dengan tetangga
dan menjadi sebab timbulnya rasa kasih sayang antar tetangga adalah saling
berbagi dan saling memberi hadiah. Sahabat Abu Dzarr radliyallahu ‘anhu
berkata:
إِنَّ خَلِيْلِيْ صلى الله عليه وسلم أَوْصَانِي فَقَالَ: إِذَا طَبَخْتَ
مَرَقًا فَأَكْثِرْ مَاءَهُ ثُمَّ انْظُرْ أهلَ
بَيْتٍ مِنْ جِيْرَانِكَ
فَأَصِبْهُمْ مِنْهَا بِـمَعْرُوْفٍ" (رواه مسلم)
Artinya:
“Sesungguhnya
kekasihku (Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam) berpesan kepadaku: Jika
engkau memasak sup, maka perbanyaklah kuahnya, kemudian lihatlah salah satu
keluarga di antara tetanggamu lalu berikanlah sebagian darinya kepada mereka
dengan baik” (HR Muslim)
Mengenai sikap baik kepada
tetangga, kisah yang sering diceritakan oleh para ulama adalah sikap seorang
wali yang bernama Sahl at-Tustari kepada tetangganya yang beragama Majusi. Ibn
al-Mulaqqin dalam Thabaqat al-Auliya’ menceritakan:
Sahl as-Tustari memiliki
seorang tetangga yang beragama Majusi. Suatu ketika jamban tetangganya yang
Majusi itu bocor hingga mengalirlah kotoran dari jamban itu ke rumah Sahl.
Dengan penuh kesabaran, di siang hari Sahl menampung kotoran itu. Lalu Ia
membuangnya di malam hari. Setahun hal itu berjalan. Sahl sama sekali tidak
pernah mengeluh dan protes kepada tetangganya tersebut. Suatu saat, Sahl jatuh
sakit. Ia lalu memanggil sang Majusi dan memberitahunya tentang kotoran Majusi
yang mengalir ke rumahnya setiap hari. Sahl merasa ajalnya sudah dekat. Ia
khawatir jika hal itu tidak ia beritahukan kepada Majusi, ahli waris Sahl tidak
akan bersabar sebagaimana ia bersabar. Itu akan menyebabkan mereka memusuhi
Majusi. Mendengar hal itu, Majusi menangis terharu bercampur takjub atas
kesabaran Sahl yang luar biasa. Sang Majusi lalu berkata: “Anda bersabar atas
gangguan kotoran dari jambanku selama berbulan-bulan. Anda tetap
memperlakukanku dengan sangat baik. Ulurkan tangan Anda. Aku akan masuk Islam
dengan membaca dua kalimat syahadat di hadapan Anda.” Tidak lama setelah itu,
Sahl pun meninggal dunia.
Teladan yang
dicontohkan Imam Sahl jangan hanya dikisahkan semata. Akan tetapi sudah
semestinya kita meneladaninya dan menerapkannya dalam kehidupan kita
sehari-hari. Mampukah kita melakukan hal yang sama? Ataukah sebaliknya, kita
akan mengeluh, berteriak-teriak dan bertengkar dengan tetangga kita jika
mengalami hal sama? Padahal tetangga kita adalah saudara kita sesama Muslim.
Dan yang mengalir ke rumah kita mungkin adalah air yang suci, bukan kotoran
yang najis seperti yang dialami oleh Imam Sahl.
Marilah kita saling mengingatkan untuk berbuat baik kepada tetangga kita. Kita
hindarkan diri kita dari apapun yang dapat menyakitinya atau melukai hatinya.
Janganlah kita bertanya kepadanya mengenai sesuatu yang bukan urusan kita dan
kita tidak berkepentingan dengannya. Janganlah kita mencari-cari aibnya.
Janganlah kita berusaha melihat sesuatu yang ia sembunyikan dari kita.
Janganlah kita mendengarkan atau mencuri dengar pembicaraan yang ia rahasiakan
dari kita. Kita jaga pandangan mata kita, jangan sampai mencuri pandang
perempuan-perempuan yang ada di rumahnya. Marilah kita berbagi makanan dan
minuman dengannya. Jika ia sakit, marilah kita menjenguknya. Jika ia meninggal,
marilah kita antarkan jenazahnya ke pemakaman. Kita menghiburnya apabila ia
ditimpa musibah. Kita bantu jika ia membutuhkan bantuan. Kita hutangi jika ia
membutuhkan. Marilah kita memperlakukan tetangga kita dengan baik sebagaimana
kita ingin diperlakukan olehnya dengan baik. Marilah kita bersabar atas
gangguannya. Marilah kita bersabar atas perlakukan buruknya kepada kita.
Marilah kita tampakkan kegembiraan saat ia gembira. Kita tampakkan kesedihan
saat ia bersedih. Kita jaga rahasianya. Janganlah kita sebarkan aib dan keburukannya.
Kita maafkan kesalahannya. Kita bimbing dan ajarkan ilmu agama yang tidak ia
ketahui dengan penuh kelembutan. Kita ingatkan jika ia berbuat salah dengan
cara yang bijak.
Sudahkah itu semua kita lakukan kepada
tetangga kita? Ataukah sebaliknya. Jangankan berbuat baik kepada tetangga,
mengenalnya saja tidak. Kita bahkan tidak mengetahui dengan siapa kita
bertetangga. Padahal kita telah bertahun-tahun hidup bertetangga dengannya.
Jangankan berbuat baik, mengucapkan salam kepadanya saja tidak. Sekadar menyapa
dan berbicara dengannya saja tidak. Na’udzu billahi min dzalik. Mudah-mudahan
kita tidak termasuk orang-orang yang acuh tak acuh dengan tetangga kita.
Mudah-mudahan kita digolongkan ke dalam orang-orang yang senantiasa memuliakan
tetangga sebagaiamana diperintahkan Allah dan Rasul-Nya.
Saking besarnya hak-hak tetangga yang harus kita penuhi,
sampai-sampai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَا يَزَالُ
جِبْرِيْلُ يُوْصِيْنِي بِالْـجَارِ حَتَّى ظَنَنْتُ أَنَّهُ سَيُوَرِّثُهُ"
(متفقّ عليه)
Artinya:
“Jibril terus menerus berpesan kepadaku untuk berbuat
baik kepada tetangga hingga aku mengira bahwa ia akan menjadikan seorang
tetangga akan mewarisi harta tetangganya” (HR al-Bukhari dan Muslim).
Demikian semoga bermanfaat bagi kita semua dan dapat kita
amalkan bersama, Aamiin.
و السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
شفاعة
Komentar
Posting Komentar