40 TAHUN

 
 السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
 
 BILA USIA TELAH SAMPAI 40 TAHUN | ANNAS Indonesia
 
 
Marilah kita untuk senantiasa berusaha meningkatkan ketakwaan kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan cara melaksanakan semua kewajiban dan menjauhkan diri dari seluruh yang diharamkanNya. Marilah kita lihat usia kita saat ini, dan Alqur'an serta hadis menyebutkan usia kita salah satunya yaitu usia 40 tahun, sehingga tema kita adalah "40 tahun".

Banyak orang menyebut 40 tahun sebagai angka istimewa usia seseorang, sehingga usia 40 tahun dinilai sebagai masa keemasan manusia dalam menapaki hidup. Di usia tersebut, manusia dinilai telah mencapai kematangan baik dalam bertindak, bersikap maupun berpikir, sehingga kedewasan seseorang bisa diukur dan dilihat di usia tersebut.  
 
Usia 40 tahun seolah menjadi warning bagi kita, walaupun manusia tidak tahu kapan ajal tiba, akan tetapi mengevaluasi diri akan makna hidup yang telah dijalani selama ini sangatlah penting supaya tidak menyesal di kemudian hari
Usia 40 tahun dinilai sebagai masa keemasan manusia dalam menapaki hidup. Di usia tersebut, manusia dinilai telah mencapai kematangan baik dalam bertindak, bersikap maupun berpikir. Kedewasan seseorang bisa diukur dan dilihat di usia tersebut.

Artikel ini telah tayang di jabar.inews.id dengan judul " Rahasia di Balik Usia 40 Tahun dalam Alquran ", Klik untuk baca: https://jabar.inews.id/berita/rahasia-di-balik-usia-40-tahun-dalam-alquran.


Download aplikasi Inews.id untuk akses berita lebih mudah dan cepat:
https://www.inews.id/apps
Tetapi bagaimana angka 40 ini dapat muncul, bukan pada angka lain?



Angka 40 tahun ini setidaknya dapat ditemukan pada Surat Al-Ahqaf ayat 15. Di sini seseorang dengan usia 40 tahun digambarkan telah mencapai puncak kematangan berpikir. Sebenarnya, kematangan berpikir itu dimulai pada saat seseorang berusia sekira sepuluh tahun sebelum 40 tahun.
 

 وَوَصَّيْنَا الْاِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ اِحْسَانًا ۗحَمَلَتْهُ اُمُّهٗ كُرْهًا وَّوَضَعَتْهُ كُرْهًا ۗوَحَمْلُهٗ وَفِصٰلُهٗ ثَلٰثُوْنَ شَهْرًا ۗحَتّٰىٓ اِذَا بَلَغَ اَشُدَّهٗ وَبَلَغَ اَرْبَعِيْنَ سَنَةًۙ قَالَ رَبِّ اَوْزِعْنِيْٓ اَنْ اَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِيْٓ اَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلٰى وَالِدَيَّ وَاَنْ اَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضٰىهُ وَاَصْلِحْ لِيْ فِيْ ذُرِّيَّتِيْۗ اِنِّيْ تُبْتُ اِلَيْكَ وَاِنِّيْ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ 
 
Artinya: 
"Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa, "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku Sesungguhnya aku bertobat kepada Engkau dan sesungguhnya aku temasuk orang-orang yang berserah diri". (QS: Al Ahqaf: 15)

Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan, menurut suatu pendapat, biasanya seseorang tidak berubah lagi dari kebiasaan yang dilakukannya bila mencapai usia empat puluh tahun.

Jalaluddin Al-Mahalli dan Jalaluddin As-Suyuthi dalam tafsir Jalalain menjelaskan, seseorang hidup (hingga apabila dia telah dewasa) yaitu sempurna kekuatan, logika, dan pandangannya, minimal usia 33 atau 30 tahun, (dan umurnya sampai 40 tahun) kesempurnaan usia, yaitu puncak kematangan.

Al-Hafiz Abu Yala Al-Mausuli mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Abdullah Al-Qawariri, telah menceritakan kepada kami Urwah ibnu Qais Al-Azdi yang usianya mencapai seratus tahun, telah menceritakan kepada kami Abul Hasan Al-Kufi alias Umar ibnu Aus, bahwa Muhammad ibnu Amr ibnu Usman telah meriwayatkan dan Usman ra, dari Nabi Saw. yang telah bersabda: "Seorang hamba yang muslim apabila usianya mencapai empat puluh tahun, Allah meringankan hisabnya; dan apabila usianya mencapai enam puluh tahun, Allah memberinya rezeki Inabah (kembali ke jalan-Nya). Dan apabila usianya mencapai tujuh puluh tahun, penduduk langit menyukainya. Dan apabila usianya mencapai delapan puluh tahun, Allah Swt. menetapkan kebaikan-kebaikannya dan menghapuskan keburukan-keburukannya. Dan apabila usianya mencapai sembilan puluh tahun, Allah mengampuni semua dosanya yang terdahulu dan yang akan datang, dan mengizinkannya untuk memberi syafaat buat ahli baitnya dan dicatatkan (baginya) di langit, bahwa dia adalah tawanan Allah di bumi-Nya".

Selain itu, angka 40 tahun juga muncul dalam hadits Rasulullah SAW yang dikutip oleh Imam Al-Ghazali. Manusia dengan usia 40 tahun dinilai memiliki kematangan mengolah data dan mendayagunakan akal. Oleh karenanya, jalan hidup seseorang hingga akhirnya dapat dilihat setelah usia 40 tahun.
 
 من جملة ما نصحه به رسول الله صلى الله عليه وسلم أمته قوله 
 
عليه السلام: علامة إعراض الله تعالى عن العبد اشتغاله بما لا 
 
يعنيه. وإن امرأ ذهبت ساعة من عمره في غير ما خلق له من 
 
العبادة لجدير أن تطول عليه حسرته ومن جاوز الأربعين ولم يغلب
 
 خيره عى شره فليتجهز إلى النار
  
 
Artinya: 
“Salah satu nasihat Rasulullah SAW untuk umatnya adalah sabdanya, ‘Salah satu tanda Allah telah berpaling dari hamba-Nya adalah kesibukan hamba yang bersangkutan pada hal yang tidak perlu baginya. Sungguh, seseorang yang berlalu sesaat dalam usianya untuk selain ibadah yang menjadi tujuan penciptaannya, maka layak menjadi penyesalan panjang baginya. Orang yang melewati usia 40 tahun, dan kebaikannya tidak melebihi keburukannya, hendaklah ia menyiapkan diri untuk neraka".
 
Keterangan Imam Al-Ghazali ini bukan menganjurkan seseorang untuk bertindak ugal-ugalan sebelum usia 40 tahun. Keterangan ini juga bukan berarti menutup kemungkinan husnul khatimah bagi mereka yang telah berusia 40 tahun ke atas. Angka 40 tahun ini merupakan catatan untuk berpikir lebih proporsional atau titik balik untuk berbenah dan meningkatkan produktivitas dalam pelbagai bidang kehidupan yang positif.

Imam asy-Syafi’i rahimahullah tatkala mencapai usia 40 tahun, beliau berjalan sambil memakai tongkat. Jika ditanya, maka beliau menjawab :
"Agar aku ingat bahwa aku adalah musafir. Demi Allah, aku melihat diriku sekarang ini seperti seekor burung yang dipenjara di dalam sangkar. Lalu burung itu lepas di udara, kecuali telapak kakinya saja yang masih tertambat dalam sangkar. Komitmenku sekarang seperti itu juga. Aku tidak memiliki sisa-sisa syahwat untuk menetap tinggal di dunia. Aku tidak berkenan sahabat-sahabatku memberiku sedikit pun sedekah dari dunia. Aku juga tidak berkenan mereka mengingatkanku sedikit pun tentang hiruk-pikuk dunia, kecuali hal yang menurut syara’ lazim bagiku. Di antara aku dan dia ada Allah"

Imam Malik rahimahullah berkata :
"Aku dapati para ahli ilmu di negeri kami mencari dunia dan berbaur dengan manusia hingga datang kepada mereka usia 40 tahun. Jika telah datang usia tersebut kepada mereka, mereka pun meninggalkan manusia (yaitu lebih banyak konsentrasi untuk meningkatkan ibadah dan ilmu)"
 
Ibrahim al-Nakha’i rahimahullah berkata :
“Mereka (para salaf) berkata, jika seseorang telah mencapai usia 40 tahun dan berada pada suatu perangai tertentu, maka ia tidak akan pernah berubah hingga datang kematiannya".
 
Sehingga marilah kita renungkan:
Bila Usia 40 Tahun, maka manusia mencapai puncak kehidupannya baik dari segi fisik, intelektual, emosi, maupun spiritualnya. Ia telah meninggalkan masa mudanya dan melangkah ke masa dewasa yang sebenar-benarnya...

Bila Usia 40 Tahun, maka hendaknya manusia berusaha memperbarui taubat dan kembali kepada Allah dengan bersungguh-sungguh, membuang kejahilan ketika usia muda, dan lebih berhati-hati,..

Bila Usia 40 Tahun, melihat sesuatu dengan hikmah dan penuh penelitian, semakin meneguhkan tujuan hidup, menjadikan uban sebagai peringatan dan semakin memperbanyak syukur...

Bila Usia 40 Tahun, maka hendaknya meningkat minat seseorang terhadap agamanya, dimana semasa mudanya jauh sekali dari agama. Maka sekarang mulailah menutup aurat dan banyak mengikuti kajian-kajian agama.

Bila Usia 40 Tahun, namun belum ada juga minatnya terhadap agama, maka bisa jadi pertanda yang buruk dari kesudahan umurnya di dunia...

Bila Usia 40 Tahun, maka tidak lagi banyak memikirkan "masa depan" keduniaan, mengejar karir dan kekayaan. Tetapi sudah jauh berpikir tentang nasibnya kelak di akhirat...

Bila Usia 40 Tahun, jika masih gemar melakukan dosa dan maksiat,  maka akan lebih sulit baginya untuk berhenti dari kebiasaan tersebut...

Bila Usia 40 Tahun, maka perbaikilah apa-apa yang telah lewat dan manfaatkanlah dengan baik hari-hari yang tersisa dari umur yang ada, sebelum ruh sampai di tenggorokan. Ingatlah menyesal kemudian tiada guna...

Lalu, bagaimanakah dengan diri kita ?
 
 
I'tibar:
Oleh karena itu, selayaknya kita memanfaatkan sisa umur yang ada untuk senantiasa melakukan ketaatan kepada Allah Ta’ala. Mati adalah suatu keniscayaan. Ketidaktahuan akan waktu datangnya ajal pun merupakan ciri khas kita sebagai makhluk Tuhan.

Maka sungguh benar ucapan mulia Nabi Shallallahu alaihi wasallam yang telah mengingatkan kita tentang hal ini, yaitu agar mengingat lima perkara sebelum datangnya lima perkara,

قال رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم لرجلٍ وهو يَعِظُه : اغتنِمْ خمسًا قبل خمسٍ : شبابَك قبل هَرَمِك، وصِحَّتَك قبل سَقَمِك، وغناك قبل فقرِك، وفراغَك قبل شُغلِك، وحياتَك قبل موتِك.

“Manfaatkanlah lima perkara sebelum (datangnya) lima perkara (yang lain), 

(1) Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu,

(2) Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu,

(3) Masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu,

(4) Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu,

(5) Hidupmu sebelum datang kematianmu 

(HR. Al-Hakim).

Semoga Allah Ta’ala senantiasa memberikan hidayah-Nya kepada kita agar kita selalu dapat mempersembahkan amal dan ibadah terbaik kepada Allah Ta’ala serta diwafatkan dalam keadaan husnul khatimah.

Demikian semoga bermanfaat bagi kita semua dan dapat kita amalkan bersama, Aamiin.
 

و السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

 شفاعة

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aliran Hulul dalam Tasawuf

AWAS "MUNAFIK" !

SPIRIT MEMBERSIHKAN HATI DARI HASAD