KHUTBAH IDUL ADHA
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه
وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا ۚ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ
Artinya:Jamaah Sholat Idul Adha Rohimakumullah
Sumber: https://islam.nu.or.id/post/read/94453/ini-keuntungan-orang-haji-mabrur-selain-surga
===
Yuk, install NU Online Super App versi Android (s.id/nuonline) dan versi iOS (s.id/nuonline_ios). Akses dengan mudah fitur Al-Qur'an, Yasin & Tahlil, Jadwal Shalat, Kompas Kiblat, Wirid, Ziarah, Ensiklopedia NU, Maulid, Khutbah, Doa, dan lain-lain.
Sumber: https://islam.nu.or.id/post/read/94453/ini-keuntungan-orang-haji-mabrur-selain-surga
===
Yuk, install NU Online Super App versi Android (s.id/nuonline) dan versi iOS (s.id/nuonline_ios). Akses dengan mudah fitur Al-Qur'an, Yasin & Tahlil, Jadwal Shalat, Kompas Kiblat, Wirid, Ziarah, Ensiklopedia NU, Maulid, Khutbah, Doa, dan lain-lain.
الْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلَّا الْجَنَّةُ
Sumber: https://islam.nu.or.id/post/read/94453/ini-keuntungan-orang-haji-mabrur-selain-surga
===
Yuk, install NU Online Super App versi Android (s.id/nuonline) dan versi iOS (s.id/nuonline_ios). Akses dengan mudah fitur Al-Qur'an, Yasin & Tahlil, Jadwal Shalat, Kompas Kiblat, Wirid, Ziarah, Ensiklopedia NU, Maulid, Khutbah, Doa, dan lain-lain.
إِذَا مَرِضَ الْعَبْدُ أَوْ سَافَرَ، كُتِبَ لَهُ مِثْلُ مَا كَانَ يَعْمَلُ مُقِيمًا صَحِيحًا
Artinya:
“Jika salah seorang sakit atau bersafar, maka ia dicatat mendapat pahala seperti ketika ia dalam keadaan mukim (tidak bersafar) atau ketika sehat.” (HR. Bukhari).
2. Shalat fardhu berjamaahDari Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu, Nabi ﷺ bersabda,
مَنْ مَشَى إِلَى صَلاَةٍ مَكْتُوْبَةٍ فِي الجَمَاعَةِ فَهِيَ كَحَجَّةٍ وَ مَنْ مَشَى إِلَى صَلاَةٍ تَطَوُّعٍ فَهِيَ كَعُمْرَةٍ نَافِلَةٍ
Artinya:
“Siapa yang berjalan menuju shalat wajib berjama’ah, maka ia seperti berhaji. Siapa yang berjalan menuju shalat sunnah, maka ia seperti melakukan umrah yang sunnah.” (HR. Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir)
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda,
مَنْ صَلَّى الْغَدَاةَ فِى جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- تَامَّةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ
“Barangsiapa yang melaksanakan shalat shubuh secara berjama’ah lalu ia duduk sambil berdzikir pada Allah hingga matahari terbit, kemudian ia melaksanakan shalat dua raka’at, maka ia seperti memperoleh pahala haji dan umroh.” Beliau pun bersabda, “Pahala yang sempurna, sempurna dan sempurna.” (HR. Tirmidzi)
Dari Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu, Nabi ﷺ bersabda,
مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ لا يُرِيدُ إِلا أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْرًا أَوْ يُعَلِّمَهُ، كَانَ لَهُ كَأَجْرِ حَاجٍّ تَامًّا حَجَّتُهُ
Artinya:
“Siapa yang berangkat ke masjid yang ia inginkan hanyalah untuk belajar kebaikan atau mengajarkan kebaikan, ia akan mendapatkan pahala haji yang sempurna hajinya.” (HR. Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir)
5. Membaca tasbih, tahmid dan takbir setelah shalatDari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,
جَاءَ الْفُقَرَاءُ إِلَى النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – فَقَالُوا ذَهَبَ أَهْلُ الدُّثُورِ مِنَ الأَمْوَالِ بِالدَّرَجَاتِ الْعُلاَ وَالنَّعِيمِ الْمُقِيمِ ، يُصَلُّونَ كَمَا نُصَلِّى ، وَيَصُومُونَ كَمَا نَصُومُ ، وَلَهُمْ فَضْلٌ مِنْ أَمْوَالٍ يَحُجُّونَ بِهَا ، وَيَعْتَمِرُونَ ، وَيُجَاهِدُونَ ، وَيَتَصَدَّقُونَ قَالَ « أَلاَ أُحَدِّثُكُمْ بِأَمْرٍ إِنْ أَخَذْتُمْ بِهِ أَدْرَكْتُمْ مَنْ سَبَقَكُمْ وَلَمْ يُدْرِكْكُمْ أَحَدٌ بَعْدَكُمْ ، وَكُنْتُمْ خَيْرَ مَنْ أَنْتُمْ بَيْنَ ظَهْرَانَيْهِ ، إِلاَّ مَنْ عَمِلَ مِثْلَهُ تُسَبِّحُونَ وَتَحْمَدُونَ ، وَتُكَبِّرُونَ خَلْفَ كُلِّ صَلاَةٍ ثَلاَثًا وَثَلاَثِينَ » . فَاخْتَلَفْنَا بَيْنَنَا فَقَالَ بَعْضُنَا نُسَبِّحُ ثَلاَثًا وَثَلاَثِينَ ، وَنَحْمَدُ ثَلاَثًا وَثَلاَثِينَ ، وَنُكَبِّرُ أَرْبَعًا وَثَلاَثِينَ . فَرَجَعْتُ إِلَيْهِ فَقَالَ « تَقُولُ سُبْحَانَ اللَّهِ ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ ، وَاللَّهُ أَكْبَرُ ، حَتَّى يَكُونَ مِنْهُنَّ كُلِّهِنَّ ثَلاَثًا وَثَلاَثِينَ.
Artinya:
“Ada orang-orang miskin datang menghadap Nabi ﷺ. Mereka berkata, orang-orang kaya itu pergi membawa derajat yang tinggi dan kenikmatan yang kekal. Mereka shalat sebagaimana kami shalat. Mereka puasa sebagaimana kami berpuasa. Namun mereka memiliki kelebihan harta sehingga bisa berhaji, berumrah, berjihad serta bersedekah. Nabi ﷺ lantas bersabda, “Maukah kalian aku ajarkan suatu amalan yang dengan amalan tersebut kalian akan mengejar orang yang mendahului kalian dan dengannya dapat terdepan dari orang yang setelah kalian. Dan tidak ada seorang pun yang lebih utama daripada kalian, kecuali orang yang melakukan hal yang sama seperti yang kalian lakukan. Kalian bertasbih, bertahmid, dan bertakbir di setiap akhir shalat sebanyak tiga puluh tiga kali.”
Kami pun berselisih. Sebagian kami bertasbih tiga puluh tiga kali, bertahmid tiga puluh tiga kali, bertakbir tiga puluh empat kali. Aku pun kembali padanya. Nabi ﷺ bersabda, “Ucapkanlah subhanallah wal hamdulillah wallahu akbar, sampai tiga puluh tiga kali.” (HR. Bukhari, no. 843).
6. Berbakti kepada orang tua
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,
إِنِّي أَشْتَهِي الْجِهَادَ وَلا أَقْدِرُ عَلَيْهِ، قَالَ: هَلْ بَقِيَ مِنْ وَالِدَيْكَ أَحَدٌ ؟ قَالَ: أُمِّي، قَالَ: فَأَبْلِ اللَّهَ فِي بِرِّهَا، فَإِذَا فَعَلْتَ ذَلِكَ فَأَنْتَ حَاجٌّ، وَمُعْتَمِرٌ، وَمُجَاهِدٌ، فَإِذَا رَضِيَتْ عَنْكَ أُمُّكَ فَاتَّقِ اللَّهَ وَبِرَّهَا
Artinya:
“Ada seseorang yang mendatangi Rasululah ﷺ dan ia sangat ingin pergi berjihad namun tidak mampu. Rasulullah ﷺ bertanya padanya apakah salah satu dari kedua orang tuanya masih hidup. Ia jawab, ibunya masih hidup.
Rasul pun berkata padanya, “Bertakwalah pada Allah dengan berbuat baik pada ibumu. Jika engkau berbuat baik padanya, maka statusnya adalah seperti berhaji, berumrah dan berjihad.” (HR. Ath-Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Ausath 5/234/4463 dan Al-Baihaqi dalam Syu’ab Al-Iman 6/179/7835)
Dan masih banyak amalan-amalan lainnya yang pahalanya setara dengan menjalankan ibadah haji.
Jamaah Sholat Idul Adha Rohimakumullah
Dikisahkan, Abdullah bin Mubarok (118-181 H/726-797 M), Dia seorang ulama asal Marwaz,
Khurasan, mendambakan dua hal dalam hal ibadah, yakni haji dan jihad.
Dan itu ia laksanakan secara bergantian setiap tahun. Tahun ini berjihad, tahun depan berhaji, betapa pun sulitnya.
Suatu
waktu, Ibnu Mubarok berkeinginan pergi haji. Untuk itu, ia bekerja
keras mengumpulkan uang. Dan ketika terkumpul, ia pun melaksanakan
niatnya, menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci.
Ketika sudah
selesai mengerjakan berbagai tahapan ibadah haji, ia tertidur. Dalam
tidurnya, ia bermimpi menyaksikan dua orang malaikat turun ke bumi.
Kedua malaikat ini pun terlibat dalam perbincangan.
“Berapa banyak jamaah yang datang tahun ini?” tanya malaikat yang satu kepada malaikat lainnya.
“Enam ratus ribu orang,” jawab malaikat lainnya.
“Tapi,
tak satu pun diterima, kecuali seorang tukang sepatu bernama Muwaffaq
yang tinggal di Damsyik (Damaskus). Dan berkat dia, maka semua jamaah
yang berhaji diterima hajinya,” kata malaikat yang lainnya.
Ketika
Ibnu Mubarok mendengar percakapan malaikat itu, terbangunlah ia. Ia pun
berkeinginan mengunjungi Muwaffaq yang tinggal di Damsyik. Ia telusuri
kediamannya dan kemudian menemukannya.
Ibnu Mubarok lalu memberi
salam kepadanya. Ia menyampaikan mimpi yang didapatnya. Mendengar
cerita Ibnu Mubarok, maka menangislah Muwaffaq hingga akhirnya jatuh
pingsan. Dan setelah sadar, Ibnu Mubarok memohon agar Muwaffaq
menceritakan pengalaman hajinya hingga ia memperoleh predikat haji
mabrur tersebut dan bisa memberkahi jamah haji lainnya.
Muwaffaq menceritakan bahwa selama lebih dari
40 tahun, dia berkeinginan untuk melakukan ibadah haji. Karenanya, dia
pun mengumpulkan uang untuk itu. Jumlahnya sekitar 350 dirham (perak)
dari hasil berdagang sepatu.
Ketika musim haji tiba, ia
mempersiapkan diri untuk berangkat bersama istrinya. Menjelang
keberangkatan itu, istrinya yang sedang hamil mencium aroma makanan yang
sangat sedap dari tetangganya. Muwaffaq pun mendatanginya dan memohon
agar istrinya diberikan sedikit makanan tersebut.
Tetangganya ini
langsung menangis. Ia lalu menceritakan kisahnya. “Sudah tiga hari ini
anakku tidak makan apa-apa,” katanya. “Hari ini, aku melihat seekor
keledai mati tergeletak dan kemudian aku memotongnya, lalu kumasak untuk anakku. Ini terpaksa kulakukan karena kami memang tidak punya. Jadi,
makanan ini tidak layak buat kalian(muwaffaq) karena makanan ini tidak halal
bagimu,” terang sang tetangga sambil menangis.
Mendengar hal itu, tanpa
berpikir panjang Muwaffaq langsung kembali ke rumahnya mengambil
tabungannya 350 dirham untuk diserahkan kepada keluarga tersebut.
Muwaffaq berkata: “Belanjakan ini untuk anakmu. Inilah perjalanan hajiku,”
Kisah Inilah keberkahan yang dimaksud, bahwa sesungguhnya haji adalah amal
yang utama. Namun, menyantuni anak
yatim, orang miskin, dan orang telantar merupakan amal yang tidak kalah utama.
Karena,
beribadah haji untuk kepentingan pribadi, sedangkan menyantuni
anak yatim dan memberi makan fakir miskin menjadi ibadah sosial yang
manfaatnya luas. Wallahu A'lam Bissowaab.
بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ
العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم
Komentar
Posting Komentar