SPIRIT MEMAAFKAN DAN MENAHAN DIRI


السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Marilah kita tingkatkan ketaqwaan kita kepada Allah Ta’ala. Dengan taqwa yang sebenar-benarnya yaitu dengan menjalankan semua perintah Allah dan meninggalkan semua laranganNya agar kita menjadi orang yang paling mulia menurutNya.
Dalam interaksi kehidupan sehari-hari, kita pasti mengalami banyak situasi, senang dan susah, suka dan duka, mudah dan sulit termasuk marah dan lain sebagainya.

Terkait memaafkan dan rasa marah dalam bahasan kita saat ini, kita bisa mengambil kisah Rasulullah dalam Hadits Riwayat Muslim, ketika berdakwah ke Thaif, dimana sikap tidak baik ditunjukkan kepada Rasul. Mereka justru mencemooh bahkan menyuruh anak-anak kecil melempari Rasul. Kejadian ini membuat Rasul bersedih. Kemudian datanglah malaikat Jibril bersama malaikat penjaga gunung. Jibril berkata kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassallam:
Sungguh Allah telah mendengar apa yang dikatakan kaummu kepadamu dan penolakan mereka kepadamu.Dan Allah juga telah mengutus kepada malaikat penjaga gunung untuk melakukan apa saja yang engkau kehendaki!”. Maka Malaikat penjaga gunung pun berkata Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassallam., “Wahai Muhammad, kalau engkau berkenan aku akan menimpakan Al-Akhbasain (dua gunung besar yang ada di Makkah, yaitu gunung Qubais dan gunung Al-Ahmar) kepada mereka.
Rasul menjawab:
Tidak, aku berharap agar Allah mengeluarkan dari keturunan mereka orang-orang yang menyembah Allah dan tidak menyekutukanNya dengan apapun. (HR. Muslim)



Dalam ayat Alqur'an Surat Ali Imron 133-134 juga disebutkan hadiah bagi orang-orang yang pemaaf:

وَسَارِعُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ ﴿١٣٣﴾ الَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّـهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ ﴿١٣٤

 Artinya:
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.”

Ibnu Asakir meriwayatkan, Rasulullah bersabda:
"Pasti mendapat kasih sayang Allah, orang yang mengalami sesuatu yang memarahkannya, tetapi dia tetap sabar(tidak marah)".

Attirmidzi meriwayatkan, Rasulullah bersabda:
"Sukakah saya beritakan kepadamu, orang yang diharamkan masuk neraka? Jwab sahabat: baiklah ya Rasulallah. Bersabda Nabi saw: Neraka itu haram atas tiap orang yang lunak, ramah, lapang dada dan mudah baik hubungannya."

Rasulullah juga menjelaskan bahwa balasan bagi orang yang memaafkan kesalahan orang lain adalah Surga:

إِذَا كَانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ يُنَادِي مُنَادٍ فَيَقُولُ : أَيْنَ الْعَافُونَ عَنِ النَّاسِ ؟ هَلُمُّوا إِلَى رَبِّكُمْ خُذُوا أُجُورَكُمْ ، وَحَقَّ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ إِذَا عَفَا أَنْ يُدْخِلَهُ اللَّهُ الْجَنَّةَ ” .
Artinya:
“Kelak pada hari kiamat, ada pemanggil yang menyeru, “Dimanakah orang-orang yang memaafkan orang lain? Kemarilah kepada Rabb kalian dan ambillah pahala kalian!” Dan wajib bagi setiap muslim bila suka memaafkan maka Allah masukkan dia ke dalam Surganya.” (HR. Ibn Abbas)
 
Dari dalil-dalil Qur'an dan Hadits di atas marilah kita meningkatkan kualitas diri dengan selalu minta maaf dan memaafkan serta menahan diri dari sifat marah.

Dalam hidup kita pasti banyak masalah karena hal tersebut sudah sunnatullah bagi orang yang hidup. Masalah pendidikan, pekerjaan, pergaulan, sosial, keluarga, dll. Dimana semua itu disebabkan oleh manusia, bisa kita sendiri dan bisa juga oleh orang lain.

Jika penyebab masalah tersebut adalah diri kita, seringkali kita tidak merasa, tidak mengakuinya, pura-pura tidak tahu bahkan mencari alasan agar apa yang kita perbuat menjadi benar, dan jika yang membuat masalah adalah orang lain, kita berusaha menunjukkan dan membuktikannya jika mereka bersalah dan bahkan kesalahan tersebut akan selalu kita ingat sehingga orang lain tersebut menjadi orang yang selalu bersalah dan jelek di mata kita apapun yang mereka lakukan. Selain itu juga seringkali karena kita merasa lebih berkuasa, lebih senior dan lebih dewasa/tua membuat kita merasa selalu benar, merasa tidak ada kekurangan/kesalahan sedikitpun. Dampaknya kita selalu merasa benar dan orang lain selalu salah dan kurang serta menutup rasa instrospeksi dan kemauan belajar dari orang lain.

I'tibar :
  • Marilah kita instrospeksi diri masing-masing, bahwa sebenar-benarnya apa yang kita lakukan perlu kita sadari dengan cara menahan diri pasti ada kekurangannya karena manusia tempat salah dan lupa, sementara kebenaran dan kesempurnaan hanyalah milik Allah.
  • Disetiap akhir pertemuan sampaikanlah permohonan maaf dan maafkanlah orang lain walau mereka tidak memintanya, karena seringkali ego kita menghalangi untuk melakukannya. Sesungguhnya memohon maaf atau memaafkan bukanlah suatu bentuk kekalahan atau kelemahan melainkan suatu bentuk kearifan dan keluhuran budi.
  • Mari kita latih hati kita untuk menahan diri dari berprasangka buruk sehingga menjadi hati yang ikhlas dan sabar, kita latih lisan kita untuk tidak berkata-kata melainkan dengan kata-kata yang baik dan benar, kita latih diri kita untuk tidak melakukan hal-hal selain yang bermanfaat. 
  • Berusaha tidak membalas atas perbuatan orang lain yang kurang menyenangkan terhadap kita, karena jika kita membalasnya berarti kita sama dengan orang lain yang telah berbuat kurang menyenangkan tersebut.
  • Kita bisa belajar dari siapapun untuk saling memaafkan dan menahan diri, termasuk dari anak-anak kecil kita yang masih dibawah 7tahun, selain mereka terlihat lucu, jika mereka sedang bermain dan akhirnya bertengkar karena permainannya, itu akan  terjadi hanya sesaat dan selanjutnya mereka ceria lagi untuk bermain bersama. Hal itu karena kesucian hati mereka dan ternyata anak-anak kecil kita bisa memberi pelajaran kepada kita yang lebih tua.

Terakhir marilah kita berdo’a:
  الَلهُمَّ اجْعَلْ فيِ قَلْبِي نُوْرًا وَفي سَمْعِي نُوْرًا وَفِي بَصَرِي نُوْرًا  وَاجْعَلْنِي نُوْرًا
Artinya: 
"Ya Allah jadikanlah cahaya pada hatiku(agar aku selalu terjaga untuk menjadi orang yang ridlo, sabar dan ikhlas), dan jadikanlah cahaya pada pendengaranku(agar aku labih banyak mendengar daripada berbicara sehingga aku menjadi orang yang lebih sabar dan rendah hati), dan jadikanlah cahaya pada pengelihatanku(agar aku bisa melihat tanda-tanda kebesaranMu sehingga aku selalu meningkatkan ketaqwaan kepadaMu), serta jadikanlah cahaya pada jiwaku(agar aku bisa memberi kebermanfaatan kepada yang lain)".... aamiin.
Demikian semoga bermanfaat bagi kita semua.
   
وَ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

 شفاعة

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aliran Hulul dalam Tasawuf

AWAS "MUNAFIK" !

SPIRIT MEMBERSIHKAN HATI DARI HASAD