SEMANGAT PASCA LEBARAN

 السلام عليكم ورحمة الله وبركاته



                                                                                                                                                      by  شفاعة

Marilah kita senantiasa memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah swt, yang telah memberikan kita nikmat iman, Islam, serta kesehatan sehingga kita dapat berkumpul di majelis Jumat yang mulia ini.

Dan marilah kita selalu meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah Swt dengan taqwa yang sebenar-benarnya, yaitu dengan menjalankan semua perintahNya dan meninggalkan semua laranganNya.

Tak lupa, shalawat serta salam kita haturkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad saw, sosok teladan sepanjang zaman. Semoga kita semua termasuk umat yang mendapatkan syafaatnya di hari kiamat nanti.

Beliaulah yang menjadi inspirasi bagi kita bagaimana meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah di bulan Ramadhan. Mudah-mudahan, semangat ibadah beliau di bulan Ramadhan bisa kita teladani terus walau Ramadhan nantinya akan berlalu.  

Bulan Ramadhan adalah bulan yang telah mendidik kita untuk lebih dekat kepada Allah dengan berbagai ibadah seperti puasa, shalat, sedekah, tilawah, dan amal kebajikan lainnya. Di bulan Ramadhan, berbagai ibadah terasa sangat ringan dilaksanakan karena dilakukan dengan keikhlasan dan berjamaah dengan penuh kebersamaan.

Ramadhan meninggalkan jejak keberkahan, kesabaran, dan kedisiplinan dalam beribadah. Bulan penuh ampunan mengajarkan kita untuk lebih dekat kepada Allah, memperbanyak amal saleh, dan menahan diri dari segala hal yang sia-sia. Namun, berakhirnya Ramadhan bukan berarti berakhir pula semangat ibadah.

Kita merasakan sendiri bagaimana kita mengalami lonjakan spiritual saat Ramadhan. Masjid penuh, Al-Qur'an lebih sering dibaca, doa-doa lebih khusyuk, semangat berbagi kepada sesama juga tinggi. Tren positif ini tentu harus kita jaga dengan terus melakukan ikhtiar melalui peningkatan kekuatan untuk istiqamah dalam kebaikan, dan dalam kesempatan ini kami mengambil tema “Semangat Pasca Lebaran”.  

Lalu bagaimana upaya kita untuk menjaga semangat ibadah yang telah kita latih selama Ramadhan?  

Dalam Kitab Risalatul Mu'awanah, Sayyid Abdullah bin Alawi Al-Haddad mengungkapkan, ada empat (4) hal yang bisa kita jadikan motivasi agar ibadah keseharian kita bisa stabil.   Peningkatan motivasi ini sekaligus akan bisa menghalau perbuatan-perbuatan maksiat yang bisa saja dilakukan karena faktor bisikan setan ataupun kesempatan.  

Pertama, senantiasa menyadari keberadaan Allah swt yang mengetahui apa saja yang dilakukan oleh kita dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Kita harus sadar bahwa Allah yang menakdirkan semua kejadian yang terjadi di muka bumi ini. Tidak ada satupun kejadian di dunia ini yang luput dari pandangan dan kehendak-Nya, baik terlihat dalam bentuk tindakan ataupun terbersit dalam hati. Terkait pengawasan ini, Rasulullah telah mengingatkan kita melalui haditsnya: 

   أَنْ تَعْبــُدَ اللَّهَ كَأَنَّــكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ  

Artinya, “Engkau menyembah Allah seakan engkau melihat-Nya, bila engkau tak melihat-Nya maka sesungguhnya Allah melihatmu.” (Riwayat Imam Muslim).  

Kedua bisa kita lakukan dengan menyadari bahwa Allah memiliki para malaikat yang bertugas mencatat amal dan perbuatan kita. Ada dua malaikat yang membersamai kita dalam hidup yang bernama Malaikat Raqib dan Atid. Mereka akan mencatat amal baik dan buruk kita.  

Ketika kita melakukan ibadah dan kebaikan maka kita akan mendapatkan balasan pahala. Sebaliknya, jika kita berbuat jahat dan buruk maka kita akan mendapatkan balasan dan dosa di dunia maupun di akhirat. Allah berfirman:

   فَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَّرَهٗۚ وَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَّرَهٗ  

Artinya, “Siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah, dia akan melihat (balasan)-nya. Siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah, dia akan melihat (balasan)-nya.” (Surat Az-Zalzalah ayat 7).  

Ketiga, menyadari bahwa kehidupan di dunia ini memiliki batas yakni kematian yang merupakan sebuah keniscayaan. Ketika kematian sudah datang, maka tidak ada satupun makhluk di dunia ini yang sanggup untuk menolaknya.  

Canggihnya teknologi kedokteran pun tak akan sanggup untuk menghentikan takdir Allah berupa kematian. Ketika Allah berkehendak mencabut nyawa makhluknya, maka itu adalah kepastian yang tak bisa ditolak.   

Allah telah menyebut hal ini dalam Al-Qur’an surat Al-A'raf ayat 34:

  وَلِكُلِّ اُمَّةٍ اَجَلٌۚ فَاِذَا جَاۤءَ اَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُوْنَ سَاعَةً وَّلَا يَسْتَقْدِمُوْنَ  

Artinya, “Setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Jika ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan sesaat pun dan tidak dapat (pula) meminta percepatan.”  

Keempat, kita harus mengingat janji dan ancaman Allah swt. Dengan mengingat janji Allah, kita akan termotivasi untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas ibadah. Kemudian saat mengingat ancaman Allah, kita akan termotivasi untuk menjauhi segala yang dilarang oleh Allah swt.  

Demikianlah empat upaya yang bisa kita lakukan untuk mempertahankan semangat ibadah yang telah tumbuh baik selama Ramadhan. Menutup khutbah ini, mari kita ingat hadits Rasulullah yang diriwayatkan oleh Al-Hakim: 

  مَنْ كَانَ يَوْمُهُ خَيْرًا مِنْ أَمْسِهِ فَهُوَ رَابِحٌ. وَمَنْ كَانَ يَوْمُهُ مِثْلَ أَمْسِهِ فَهُوَ مَغْبُوْنٌ. وَمَنْ كَانَ يَوْمُهُ شَرًّا مِنْ أَمْسِهِ فَهُوَ مَلْعُوْنٌ  

Artinya, “Barangsiapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka ia (tergolong) orang yang beruntung. Barangsiapa yang hari ini sama dengan hari kemarin, maka ia (tergolong) orang yang merugi. Dan, barangsiapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin, maka ia orang yang dilaknat (celaka).”


 و السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aliran Hulul dalam Tasawuf

AWAS "MUNAFIK" !

SPIRIT MEMBERSIHKAN HATI DARI HASAD