SILATURAHMI ADALAH WAJIB
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Marilah kita memperkuat keimanan kita dengan
taqwa, senantiasa berusaha menjalankan
perintah-perintah Allah dan meninggalkan larangan-larangan Allah di manapun dan
kapanpun kita berada.
Silaturrahim adalah salah satu kewajiban bagi seorang muslim. Rahim artinya sanak kerabat baik dari arah ayah maupun dari arah ibu, mereka adalah seperti paman, bibi dan anak-anaknya. Kewajiban silaturrahim di antaranya dapat dipahami dari firman Allah ta’ala Surat An-Nisa Ayat 1:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱتَّقُوا۟
رَبَّكُمُ ٱلَّذِى خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَٰحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ
مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَآءً ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ٱلَّذِى تَسَآءَلُونَ
بِهِۦ وَٱلْأَرْحَامَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.”
Dalam sebuah hadits riwayat al Bukhari, Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ
خَيْراً أًوْ لِيَصْمُتْ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ
جَارَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ
Artinya:
“Dari abu
hurairah radhiallahuanhu, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam
bersabda: Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia berkata
baik atau diam, siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia
menghormati tetangganya dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari
akhir maka hendaklah dia memuliakan tamunya.” (Riwayat Bukhari dan Muslim)
Menyambung tali kekerabatan (silaturrahim) bisa dilakukan
dengan:
1. Mengunjungi sanak kerabat di hari-hari bahagia seperti pada hari raya, pada hari ulang
tahun
kelahiran, pada hari pernikahan dan sebagainya
2. Mengunjungi sanak kerabat pada hari-hari kesusahan seperti ketika sakit, atau hari kematian
3. Membantu sanak kerabat yang membutuhkan bantuan.
Sebagai sebuah salah satu ajaran Islam yang
terpenting, silaturrahim memiliki keutamaan-keutamaan, diantaranya adalah Silaturrahim adalah kunci keselamatan.
Sahabat ‘Uqbah bin Amir bertanya
kepada Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wasallam-,
apakah keselamatan itu wahai Rasulullah?, kemudian beliau bersabda:
Artinya:
“Apabila kamu menyambung tali silaturahim orang yang telah memutuskan tali silaturahim denganmu, dan apabila kamu memberi sesuatu kepada orang yang tidak mau memberi sesuatu kepadamu, dan apabila kamu memaafkan orang yang telah berbuat dhalim kepadamu”
Abu Hurairah
bertanya kepada Rasulullah, Wahai Rasulullah tunjukkanlah kepada perbuatan yang jika aku lakukan maka aku akan masuk surga, kemudian Rasulullah
bersabda:
Artinya:
“Berilah makan, sambunglah tali silaturahim, shalatlah malam ketika orang-orang pada tidur, maka kamu akan masuk surga dengan selamat”
“Apabila kamu menyembah Allah dan tidak mensekutukannya dengan sesuatupun, melaksanakan shalat,
mengeluarkan zakat dan apabila kamu menyambung tali silaturrahim”
Dosa memutuskan tali silaturrahim berdasarkan kesepakatan umat Islam (ijma’ ulama) adalah tergolong dosa besar. Seseorang dianggap telah memutuskan tali silaturrahim
apabila dia mengucapkan sesuatu atau
melakukan suatu perbuatan yang dapat menjadikan hati sanak kerabatnya merasa jauh dengannya, misalnya ia tidak sudi memberi
bantuan di saat sanak kerabatnya sangat membutuhkannya atau ia
tidak pernah sudi untuk mengunjunginya, padahal tidak ada udzur sedikitpun.
Bahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda:
Artinya:
“Tidak akan masuk surga (bersama orang yang pertama kali
masuk surga) orang yang memutuskan tali silaturrahim”
Berdasarkan hadits di atas dapat dipahami bahwa seseorang tidak akan pernah menjadi orang yang shalih dan bertaqwa selama dia memutuskan silaturrahim, sehingga silaturahmi merupakan suatu kewajiban.
Sebanyak apapun ibadah seseorang kepada Allah
dan sebaik apapun ibadah seseorang, apabila
dia tidak baik dengan kerabatnya maka dia belum tergolong
orang yang bertakwa. Sebab taqwa
artinya menjalankan semua perintah Allah dan menjauhi semua larangan
Allah ta’ala. Di antara perintah
Allah adalah silaturrahim dan
di antara larangan Allah adalah memutuskan silaturrahim.
Pada umumnya dosa-dosa yang dilakukan oleh
manusia di dunia ini akan dibalas dengan adzab yang pedih di akhirat. Namun
berbeda halnya dengan
dosa durhaka kepada orang tua dan memutuskan
tali silaturrahim. Sebab keduanya
merupakan dua dari sekian
banyak dosa yang adzabnya disegerakan di dunia sebelum
diadzab diakhirat, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
![]()
“Tidak ada dosa yang layak untuk disegerakan hukuman bagi pelakunya di dunia beserta hukuman yang akan dia tunggu di akhirat selain dosa kedzaliman dan memutuskan silaturrahim”
شفاعة
Komentar
Posting Komentar