ANUGRAH ISRA' MI'RAJ
Mengawali khutbah kali ini, khatib berwasiat kepada para jamaah sekalian pada umumnya, dan kepada diri khatib sendiri khususnya, agar kita senantiasa meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kepada Allah ﷻ dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Kewajiban ini merupakan anugrah terbesar dalam perjalanan Rasulullah SAW yang maha dahsyat, diqudrah dan diiradahkan Allah SWT hungga termaktubkan dalam Alquran Surat Al Isra ayat 1.
Terkait peristiwa ini para Mufasir menyebut tanggal 27 Rajab dijadikan
sebagai momentum sejarah guna merefleksi kembali peristiwa Isra Miraj Nabi
Muhammad SAW.
Sebelum peristiwa tersebut terjadi, beliau mengalami ‘Amul Huzn (tahun-tahun kesedihan) lantaran ditinggal wafat, mulai dari paman tercinta yakni Abu Thalib dan istri Siti Khatidjah. Di situlah Allah SWT menganugerahkan dengan memperjalankan beliau yang didampingi Malaikat Jibril untuk perjalanan Isra' Mi'raj. Dalam perjalanan Isra Miraj ini, ditunjukkan tanda-tanda kebesaran Allah SWT melalui visualisasi nyata yang begitu luar biasa.
Beliau menyaksikan secara langsung bagaimana seseorang hidup dengan penuh kemakmuran dan hasil panen yang melimpah ruah tanpa pernah berhenti. Pada peristiwa ini Malaikat Jibril menjelaskan bahwa gambaran umatmu kelak dimana selama hidup di dunia selalu mengeluarkan sedekah kepada sesamanya.
Kemudian beliau diperlihatkan orang-orang memukul-mukul kepalanya sendiri hingga berdarah-darah, inilah gambaran umatmu kelak yang dengan sengaja meninggalkan kewajiban shalat.
Rasulullah juga diperlihatkan orang-orang yang disediakan makanan berupa daging lezat, tetapi justru memilih memakan daging mentah lagi busuk. Ini adalah gambaran umat beliau yang suka memakan hasil riba.
Di samping itu, ketika Rasulullah
diajak Malaikat Jibril memasuki sebuah dimensi, beliau mencium bau sangat
harum. Malaikat Jibril menceritakan itulah gambaran seorang ibu bernama
Masyithoh beserta keluarganya. Semasa hidupnya, seluruh keluarganya wafat dalam
mempertahankan keimanan lantaran tidak mengakui Firaun sebagai Tuhan.
Refleksi sejarah Isra’ Mi’raj ini harus kita jadikan warning (peringatan) bagi kita. Sudahkah kita sadari bahwa fenomena yang terjadi sekarang ini menunjukkan betapa wabah-wabah seperti itu telah menjangkiti sebagian umat Islam. Kejadian-kejadian yang diperlihatkan Allah SWT pada saat Rasulullah SAW diperjalankan dalam peristiwa Isra’ Mi’raj itu, saat ini betul-betul terjadi dan inilah yang menjadi kekhawatiran beliau.
Perjalanan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang disebut dengan Isra' adalah sentral dimulainya perjalanan spiritual beliau. Baitullah adalah sentral tertujunya seluruh aktivitas ibadah yang kita lakukan. Jangan sekali-kali kita mati dengan tidak membawa iman. Karena peristiwa Isra' Mi'raj ini hanya bisa ditelaah dengan iman. Sehingga ketika kita berkiblat ke Baitullah disitulah hati kita tertuju Inni wajjahtu wajhiya lilladzi fatharas samawati wal ‘ardh.
Menyatukan ruh dan hati kita hanya tertuju kepada kepada-Nya karena hanya hati yang suci nan bersih mampu merasakan kehadiran Allah SWT. Maka tidak sedikit orang yang saat mengawali shalat dengan membaca takbiratul ihram langsung menitikkan air mata, lantaran mengakui akan kebesaran Allah SWT Sang Maha Pemilik Ruh.
Inilah yang kemudian disebut Ash
shalatu mi’rajul mukminin, shalat adalah Mi’raj kita kepada Allah SWT.
Inna shalati
wanusuki wa makhyaya wa mamaati lillahi abbil aalamin, kepasrahan total
inilah yang menjadikan kita tunduk, tawadhu dan patuh hanya kepada Allah SWT.
Perintah shalat dari Allah secara langsung melalui Rasulullah merupakan cermin yang dijadikan oleh Allah sebagai tolok ukur sempurnanya iman karena shalat adalah amaliah yang pertama kali akan dihisab Allah kelak di Yaumul Qiyamah. Shalat adalah kebutuhan primer jasmani dan rohani kita, sarana untuk berkomunikasi secara intens dengan Allah SWT.
Mari kita jadikan momentum Isra’ dan Mi’raj ini untuk terus maju ke depan guna meraih kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat atas ridho Allah SWT. Sebelum Allah SWT mengambil ruh kita, maka mari kita perbanyak taubat, mohon ampun ke hadirat Allah SWT atas dosa-dosa yang pernah kita lakukan.
Mari tegakkan shalat 5 (lima) waktu dan memperbanyak shalat malam, karena tegaknya agama salah satu kunci utamanya adalah dengan shalat.
Semoga Allah SWT menerima semua amal ibadah kita dan dapat meraih 2 (dua) kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Amin ya Robbal ‘alamin.
و السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
شفاعة
Komentar
Posting Komentar