RAHASIA DI BALIK SAKIT
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Pada hari yang mulia ini, khatib mengajak jamaah sekalian untuk senantiasa menjaga dan meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah subhânahu wa ta’âla dengan sebenar-benarnya taqwa; taqwa dalam artian menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangannya. Dengan meningkatkan ketaqwaan, maka kita telah menjalankan ikhtiar kita untuk menjadi sebaik-baiknya hamba Allah sebagaimana disebutkan dalam firman Allah subhânahu wa ta’âla dalam Al-Quran surat al-Hujurat ayat 13:
اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ
Artinya: “Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa.”
Sakit, adalah hal yang lumrah menimpa siapapun. Apa pun itu
sakit yang menimpa kita, apa yang kita lakukan? segera berobat dan berdoa
memohon lekas diberi kesembuhan, atau tetap bersabar menikmati sakit yang Allah
berikan?, sehingga tema kita saat ini adalah "Rahasia di Balik Sakit".
Islam, melalui lisan mulia Baginda Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam dan para ulama penerusnya mengajarkan umatnya untuk mau bersabar ketika diberi cobaan oleh Allah berupa sakit atau lainnya. Ada banyak keutamaan yang ditawarkan bagi siapa saja yang mau bersabar menghadapi penyakitnya dan rela menerima keputusan Allah bagi dirinya. Meski di sisi lain Islam juga tidak melarang untuk berobat sebagai langkah ikhtiar menjaga kesehatan badan.
Imam Nawawi dalam kitabnya al-Majmû’ menuturkan, para sahabatnya dan yang lainnya mengatakan bahwa orang yang sedang sakit disunahkan untuk bersabar. Ada banyak dalil dari Al-Qur’an dan hadits yang menuturkan tentang keutamaan bersabar.
Allah subhânahû wa ta’âlâ berfirman di dalam Surat Az-Zumar ayat 10:
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang bersabar akan dipenuhi pahala mereka tanpa hitungan.”
Sebuah hadits riwayat Imam Muslim menuturkan sabda Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam:
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُصِيبُهُ أَذًى مِنْ مَرَضٍ، فَمَا سِوَاهُ إِلَّا حَطَّ اللهُ بِهِ سَيِّئَاتِهِ، كَمَا تَحُطُّ الشَّجَرَةُ وَرَقَهَا
Artinya: “Tidaklah seorang muslim terkena suatu penyakit dan lainnya kecuali karenanya Allah menggugurkan kejelekan-kejelekannya sebagaimana sebuah pohon menggugurkan daunnya.”
Imam Nawawi memberikan penjelasan bahwa di dalam hadits tersebut ada pelajaran bahwa kesalahan-kesalahan akan dilebur dengan berbagai penyakit di dunia meskipun hanya sedikit kesusahannya.
Imam Muslim juga meriwayatkan dari ‘Atho bin Abi Robah yang mengatakan:
قَالَ لِي ابْنُ عَبَّاسٍ: أَلَا أُرِيكَ امْرَأَةً مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ؟ قُلْتُ: بَلَى، قَالَ: هَذِهِ الْمَرْأَةُ السَّوْدَاءُ، أَتَتِ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَتْ: إِنِّي أُصْرَعُ وَإِنِّي أَتَكَشَّفُ، فَادْعُ اللهَ لِي، قَالَ: إِنْ شِئْتِ صَبَرْتِ وَلَكِ الْجَنَّةُ، وَإِنْ شِئْتِ دَعَوْتُ اللهَ أَنْ يُعَافِيَكِ قَالَتْ: أَصْبِرُ، قَالَتْ: فَإِنِّي أَتَكَشَّفُ فَادْعُ اللهَ أَنْ لَا أَتَكَشَّفَ فَدَعَا لَهَا
Artinya: “Ibnu Abas berkata kepadaku, ‘Maukah kau kuperlihatkan seorang perempuan ahli surga?’ Aku menjawab, ‘Ya.’ Ia berkata, “Perempuan hitam ini telah datang kepada Nabi dan berkata, ‘Sesungguhnya aku mengidap penyakit ayan dan auratku sering tersingkap karenanya. Maka berdoalah kepada Allah untuk kesembuhanku.” Nabi bersabda, “Kalau kau mau bersabar bagimu surga. Dan apa kau mau aku mau mendoakanmu agar Allah menyembuhkanmu?” Perempuan itu berkata, “Aku mau bersabar saja.” Ia berkata lagi, “Auratku sering terungkap, maka mohonlah kepada Allah agar auratku tak terungkap lagi.” Maka Nabi mendoakannya.”
Dari hadits di atas dapat diambil satu pelajaran bahwa kesabaran yang dilakukan seseorang atas penyakit yang sedang diderita bisa menjadi jalan baginya untuk mendapatkan surga.
Tidak selamanya orang diberi kesehatan oleh Allah Swt. Orang paling taat atau bahkan Baginda Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam pun pernah merasakan sakit. Setiap orang, entah berkelakuan baik ataupun buruk, akan menyandang sehat dan sakit. Tentu saja sakitnya orang yang beriman tidak sama dengan orang yang tidak beriman kepada Allah Swt. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Umamah al-Bâhiliy, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا مَرِضَ الْعَبْدُ الْمُؤْمِنُ أَوْحَى اللَّهُ إِلَى مَلَكِهِ أَنِ اكْتُبْ لِعَبْدِي أَجْرَ مَا كَانَ يَعْمَلُ فِي الصِّحَّةِ وَالرَّخَاءِ إِذْ شَغَلْتُهُ، فَيَكْتُبُ لَهُ
Artinya: “Jika ada hamba beriman yang sakit, Allah memberikan wahyu kepada malaikat-Nya ‘tulislah untuk hambaku pahala sebagaimana pahala atas amal yang ia kerjakan saat sehat sejahtera ketika aku membuat dia sibuk.’ Lalu malaikat kemudian mencatatnya.” (At-Targhîb fî Fadlâilil A’mâl: 397).
Di hadits lain sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Imamah Al-Bahili yang mengutip sabda Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam, dikisahkan, ketika ada orang mukmin sakit, sebelum ia menderita atas sakit yang datang menimpa,
Allah sudah menyuruh empat malaikat terlebih dahulu mendatangi hamba yang akan sakit tersebut. Allah menugaskan satu malaikat untuk menyedot kekuatan tubuh seseorang sehingga ia berubah menjadi lemah. Malaikat kedua diperintah untuk menyedot perasaan lezat di mulut seseorang sehingga ia tiba-tiba menjadi tidak enak saat makan apa pun.
Malaikat ketiga ditugaskan untuk mengambil cahaya wajah seseorang tersebut. Maka orang yang dicabut nur wajahnya, mukanya menjadi pucat pasi. Dan yang keempat, Allah mengutus malaikat yang satunya untuk mengambil dosa-dosa orang yang sakit sehingga ia tidak lagi memiliki dosa.
Pada saat Allah menghendaki seorang hamba yang sakit tersebut untuk kembali sehat, Allah menyuruh ketiga malaikat mengembalikan hal-hal yang sebelumnya ia ambil. Hanya saja, Allah tidak mengutus malaikat yang mengambil dosa untuk mengembalikannya.
Malaikat pengambil dosa kemudian bersujud seraya melapor kepada Allah. “Ya Allah, Engkau telah mengutus empat malaikat. Engkau suruh mereka untuk mengembalikan atas apa yang sebelumnya mereka ambil. Namun mengapa Engkau tidak menyuruh hamba-Mu ini untuk turut serta mengembalikan?”
Allah subhanahu wa taala kemudian menjawab, “Atas kemurahan dan kemuliaan-Ku, Aku tidak mau mengembalikan dosa kepada ia setelah Aku membikin ia kepayahan.”
“Terus apa yang harus kami lakukan, Ya Allah?” tanya malaikat.
Allah lalu memerintahkan “Pergilah kamu dan buanglah dosa-dosa dia ke lautan.”
Malaikat pun menjalankan perintah Allah. Dan kesalahan-kesalahan itu berubah wujud menjadi
buaya dan binatang buas laut lainnya. Sehingga ketika sudah kembali sehat, hamba mukmin yang sakit tadi menjadi seorang hamba yang bersih dari dosa, namun jika ajal menjemputnya, hamba mukmin itu wafat dalam keadaan bersih dari dosa.
Sebagaimana sabda Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam:
حمى يوم كفارة سنة
Artinya: “Sakit sehari sama dengan melebur dosa setahun.”
(HR Al Qadla’i, dalam Ihya’ Ulumuddin, juz 4, halaman 288).
Hanya saja satu hal yang semestinya makruh hukumnya tidak dilakukan oleh orang yang sedang sakit atau mengalami kesusahan dunia adalah mengharap kematian. Namun tidak makruh bila ada kekhawatiran akan terjadinya fitnah bagi agamanya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لاَ يَتَمَنَّيَنَ أَحَدُكُمُ الْمَوْتَ لِضُرٍّ أَصَابَهُ، فَإِنْ كَانَ لاَ بُدَّ فَاعِلًا فَلْيَقُلْ: اللَّهُمَّ أَحْيِنِي مَا كَانَتِ الْحَيَاةُ خَيْرًا لِي، وَتَوَفَّنِي إِذَا كَانَتِ الْوَفَاةُ خَيْرًا لِي
“Janganlah sekali-kali salah seorang dari kalian mengangankan kematian karena suatu kemudaratan yang menimpanya. Kalaupun dia terpaksa menginginkan mati, maka hendaknya dia berdoa, ‘Ya Allah! Hidupkanlah aku apabila kehidupan itu lebih baik bagiku dan wafatkanlah aku apabila kematian itu lebih baik bagiku’.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
I’tibar:
Rasa sakit adalah dari Allah dan bisa menimpa siapa saja
Bersabar disaat sakit karena hal tersebut dapat menggugurkan dosa
Berdoa dan pasrah kepada Allah disaat kesusahan/sakit menimpa dengan doa “Ya Allah, hidupkan akau selagi kehidupan lebih baik bagiku dan matikan aku bila kematian lebih baik bagiku.”
Demikian semoga bermanfaat dan membawa berkah bagi kita semua. Amin
و السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
شفاعة
Sumber: https://islam.nu.or.id/khutbah/khutbah-jumat-vonis-kafir-yang-disesalkan-rasulullah-XcfU6
Komentar
Posting Komentar