Cinta merupakan wujud keimanan seorang mu’min
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Marilah kita tingkatkan ketaqwaan kita kepada Allah Ta’ala. Dengan
taqwa yang sebenar-benarnya yaitu dengan menjalankan semua perintah Allah dan
meninggalkan semua laranganNya agar kita menjadi orang yang paling mulia
menurutNya. Sebelum menuju kepada inti dari penulisan artikel ini, saya selaku
penulis berdo’a semoga kita semua selalu berada pada jalan cinta dan kasih
sayang. Semoga kita dapat mewujudkan cinta kepada siapapun sebagai wujud ittiba’
kita kepada Rasulullah SAW yang hidup dengan penuh kasih sayang kepada
sesamanya serta pastinya sebagai wujud menjiwai sifat Rahman Rahim-nya Allah.
Dalam satu Sabda Rasulullah kita, yang telah diriwayatkan oleh Imam
Al-Bukhari dalam kitab nya shahih Bukhari bab Iman dijelaskan bahwa Rasulullah
telah Bersabda:
حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ قَالَ حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ شُعْبَةَ عَنْ
قَتَادَةَ عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَنْ حُسَيْنٍ الْمُعَلِّمِ قَالَ حَدَّثَنَا قَتَادَةُ عَنْ
أَنَسٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يُؤْمِنُ
أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
(BUKHARI - 12) : Telah menceritakan kepada kami Musaddad berkata,
telah menceritakan kepada kami Yahya dari Syu'bah dari Qotadah dari Anas dari
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam Dan dari Husain Al Mu'alim berkata, telah
menceritakan kepada kami Qotadah dari Anas dari Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam, beliau bersabda: "Tidaklah beriman seseorang dari kalian
sehingga dia mencintai untuk saudaranya sebagaimana dia mencintai untuk dirinya
sendiri".
Mari kita mengkaji makna “perintah mencintai” dalam hadits
tersebut. Hadits ini menjelaskan basic apa yang dibutuhkan seorang hamba
Allah dalam perjalanannya mencari ridha Allah. Yakni, cinta. Pertama, perlu
kita fahami bahwa dunia ini sifatnya fana’ akan hancur pada waktunya akan
hilang pada saatnya dan kita akan kembali pada keadaan semula kita yakni dalam
keadaan tidak memiliki apa-apa (fakir). Karena tidak ada yang abadi di dunia
ini, maka mencintai barang yang tidak abadi merupakan suatu bentuk kerugian.
Apalagi hingga merasa memiliki. Semoga kita dihindarkan dari cinta kepada dunia
hingga lalai dengan hakikat-hakikatnya.
Jadi, cinta yang perlu kita tumbuhkan adalah cinta kepada Allah.
Dzat yang Dahulu. Karena sebelum ada kamu, sebelumnya ada aku, sebelum ada itu
ada, ada Allah. Namun, cinta kepada Allah akan sulit jika langsung diterapkan
tanpa wasilah. Maka bentuk dari cinta kepada Allah yang paling dhahir
adalah melaksanakan segala perintahNya dan menjauhi laranganNya.
Kedua, perintah dan larangan Allah itu banyak sekali dan telah
tertera pada sumber pedoman hidup kita. Salah satunya adalah perintah taat
kepada Allah dan Rasul-Nya. Maka, mentaati dan meneladani serta mencintai
Rasulullah merupakan salah satu wujud cinta kita kepada Allah.
Ketiga, bermula dari mentaati dan meneladani Rasulullah, maka
seorang hamba yang benar-benar mencintai Allah akan mentaati sabda-sabda
Rasulullah dalam hadits Beliau, serta tindak tanduk Beliau dalam sunnah yang
telah diajarkan.
Maka kita bisa tahu, dari Al-Qur’an maupun Sunnah Rasulullah,
disana penuh dengan anjuran untuk bertakwa dan terus berbuat baik. Berbuat ihsan
ini tidak akan ada artinya jika tidak ada keikhlasan dalam amalnya. Adanya
keikhlasan timbul karena adanya keridhaan. Adanya keridhaan karena telah adanya
cinta lebih dahulu, sehingga sanggup ridha lahir batin. Maka, barang siapa yang
dapat berbuat baik kepada seluruh makhluk Allah dan ciptaanNya dan tidak dholim
terhadapnya dikarenakan rasa cintanya kepada Allah maka inilah yang disebut
dengan keimanan yang sempurna.
Oleh karena itu, marilah kita bersama-sama menghindari cinta dunia
disebabkan dunia itu sendiri. Mencintai istri sebab kepribadiannya. Mencintai
anak sebab prestasinya. Mencintai ibu sebab pengorbanannya. Maka apabila
kepribadiannya tidak seperti itu, ataupun prestasinya tidak lebih baik, maupun
mereka tidak berkorban untukmu, maka cintamu akan hilang. Karena tidak ada lagi
alasan untukmu mencintai mereka. Tapi cintailah mereka karena mereka adalah nikmat
Tuhan, dan Tuhan mu yang engkau cintai itu memiliki kebiasaan Mengasihi dan
Menyayangi dengan kadar yang tidak bisa kau hitung, serta pula selalu memberi
dengan pemberian paling baik untukmu. Dia juga telah memerintahkanmu untuk
berbuat baik terhadap orang tua, istrimu, anakmu, gurumu, tetanggamu, tamumu
dan lain-lain. Maka, sudah semestinya wujud seorang pecinta adalah selalu
menurut pada kehendak Yang dicintainya.
Demikian. Semoga Bermanfaat.
و السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
شفاعة
Komentar
Posting Komentar