Dzikir dan Do'a berjamaah serta Mengamini do'a orang lain
السلام
عليكم ورحمة الله وبركاته
Marilah kita tingkatkan ketaqwaan kita kepada Allah Ta’ala.
Dengan taqwa yang sebenar-benarnya yaitu dengan menjalankan semua perintah
Allah dan meninggalkan semua laranganNya.
Seperti yang
kita ketahui bersama banyak sekali kegiatan umat islam di Indonesia, salah
satunya adalah berdzikir. Ada yang berdzikir dengan cara sendiri-sendiri, ada
pula yang berdzikir dengan berjamaah, ada yang dilakukan setelah sholat fardlu
dan ada pula yang dilakukan pada waktu tertentu. Bentuknyapun bermacam-macam,
ada yang berjudul dzikir, majelis adzikra, dzikrul ghofilin, istighotsah, dzikir tharikat, doa
bersama dan bentuk-bentuk yang lain dimana pada intinya adalah membaca
alqur’an, asmaul husna dan kalimat-kalimat toyyibah lainnya dengan tujuan untuk
mengingat dan mendekatkan diri kepada Allah. Dan diakhir dzikir biasanya ditutup dengan berdoa.
Beberapa
ayat Al-qur’an sebagai dasar berdzikir:
فَاذْكُرُونِي
أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ
Artinya:
“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat
(pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari
(nikmat)-Ku”. (Al-Baqarah 152)
الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
Artinya:
“ (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi
tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah
hati menjadi tenteram”. (Ar-Ra’d
28)
Beberapa
hadis sebagai dasar berdzikir:
Hadits qudsi dari Mu’az bin Anas secara marfu’: Allah swt.berfirman:قَالَ اللهُ تَعَالَى: لاَ يَذْكُرُنِي اَحَدٌ فِى نفْسِهِ اِلاَّ ذَكّرْتُهُ فِي مَلاٍ مِنْ مَلاَئِكَتِي
وَلاَيَذْكُرُنِي فِي مَلاٍ اِلاَّ
ذَكَرْتُهُ فِي المَلاِ الاَعْلَي.
Artinya:
“Tidaklah seseorang berdzikir
pada-Ku dalam hatinya kecuali Akupun akan berdzikir untuknya dihadapan para
malaikat-Ku. Dan tidak juga seseorang berdzikir pada-Ku dihadapan orang-orang
kecuali Akupun akan berdzikir untuknya ditempat yang tertinggi’ “. (HR. Thabrani).
Hadits dari Abu Hurairah sebagai berikut:
كُنَّا
مَعَ رَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – ، فَكُنَّا إِذَا
أَشْرَفْنَا عَلَى وَادٍ هَلَّلْنَا وَكَبَّرْنَا ارْتَفَعَتْ أَصْوَاتُنَا
، فَقَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – « يَا أَيُّهَا النَّاسُ ،
ارْبَعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ ، فَإِنَّكُمْ لاَ تَدْعُونَ أَصَمَّ وَلاَ
غَائِبًا ، إِنَّهُ مَعَكُمْ ، إِنَّهُ سَمِيعٌ قَرِيبٌ ، تَبَارَكَ
اسْمُهُ وَتَعَالَى جَدُّهُ »
Sumber : https://rumaysho.com/2068-mengeraskan-suara-pada-dzikir-sesudah-shalat.html
Sumber : https://rumaysho.com/2068-mengeraskan-suara-pada-dzikir-sesudah-shalat.html
Artinya:
“Telah majulah orang-orang
istimewa! Tanya mereka ‘Siapakah orang-orang istimewa?’ Ujar Nabi saw. ‘Mereka
ialah orang-orang yang berdzikir baik laki-laki maupun wanita’ ”. (HR. Muslim).
Dan masih banyak
ayat maupun hadis lainnya sebagai dasar kita untuk meningkatkan dzikir kepada Allah.
Dasar
dzikir berjama’ah:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ وَأَبِي
سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ أَنَّهُمَا شَهِدَا عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: لَا يَقْعُدُ قَوْمٌ يَذْكُرُونَ اللهَ
عَزَّ وَجَلَّ إِلَّا حَفَّتْهُمُ الْمَلَائِكَةُ، وَغَشِيَتْهُمُ
الرَّحْمَةُ، وَنَزَلَتْ عَلَيْهِمِ السَّكِينَةُ، وَذَكَرَهُمُ اللهُ
فِيمَنْ عِنْدَهُ (رواه مسلم
Artinya :
“Dari Abi Hurairah ra dan Abi Said al-Khudri ra bahwa keduanya
telah menyaksikan Nabi saw beliau bersabda: ‘Tidaklah berkumpul suatu kaum
sambil berdzikir kepada Allah ‘azza wa jalla kecuali para malaikat mengelilingi
mereka, rahmat menyelimuti mereka, dan ketenangan hati turun kepada mereka, dan
Allah menyebut (memuji) mereka di hadapan makhluk yang ada di sisi-Nya”
(H.R. Muslim)Artinya :
Dasar
dzikir dengan lembut dan keras:
hadis berdzikir dengan suara lembut :
Dalam hadits Abu Musa Al Asy’ari radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,
Sumber : https://rumaysho.com/2068-mengeraskan-suara-pada-dzikir-sesudah-shalat.html
كُنَّا مَعَ
رَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – ، فَكُنَّا إِذَا أَشْرَفْنَا
عَلَى وَادٍ هَلَّلْنَا وَكَبَّرْنَا ارْتَفَعَتْ أَصْوَاتُنَا ، فَقَالَ
النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – « يَا أَيُّهَا النَّاسُ ، ارْبَعُوا
عَلَى أَنْفُسِكُمْ ، فَإِنَّكُمْ لاَ تَدْعُونَ أَصَمَّ وَلاَ غَائِبًا ،
إِنَّهُ مَعَكُمْ ، إِنَّهُ سَمِيعٌ قَرِيبٌ ، تَبَارَكَ اسْمُهُ
وَتَعَالَى جَدُّهُ »
“Kami pernah bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Jika sampai ke suatu lembah, kami bertahlil dan bertakbir dengan mengeraskan suara kami. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas bersabda, “Wahai sekalian manusia. Lirihkanlah suara kalian. Kalian tidaklah menyeru sesuatu yang tuli dan ghoib. Sesungguhnya Allah bersama kalian. Allah Maha Mendengar dan Maha Dekat. Maha berkah nama dan Maha Tinggi kemuliaan-Nya.” (HR. Bukhari no. 2830 dan Muslim no. 2704).Sumber : https://rumaysho.com/2068-mengeraskan-suara-pada-dzikir-sesudah-shalat.html
(ارْبَعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ،
فَإِنَّكُمْ لاَ تَدْعُونَ أَصَمَّ وَلاَ غَائِبًا، وَلَكِنْ تَدْعُونَ
سَمِيعًا بَصِيرًا (رواه البخاري
كُنَّا
مَعَ رَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – ، فَكُنَّا إِذَا
أَشْرَفْنَا عَلَى وَادٍ هَلَّلْنَا وَكَبَّرْنَا ارْتَفَعَتْ أَصْوَاتُنَا
، فَقَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – « يَا أَيُّهَا النَّاسُ ،
ارْبَعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ ، فَإِنَّكُمْ لاَ تَدْعُونَ أَصَمَّ وَلاَ
غَائِبًا ، إِنَّهُ مَعَكُمْ ، إِنَّهُ سَمِيعٌ قَرِيبٌ ، تَبَارَكَ
اسْمُهُ وَتَعَالَى جَدُّهُ »
Sumber : https://rumaysho.com/2068-mengeraskan-suara-pada-dzikir-sesudah-shalat.html
Sumber : https://rumaysho.com/2068-mengeraskan-suara-pada-dzikir-sesudah-shalat.html
كُنَّا
مَعَ رَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – ، فَكُنَّا إِذَا
أَشْرَفْنَا عَلَى وَادٍ هَلَّلْنَا وَكَبَّرْنَا ارْتَفَعَتْ أَصْوَاتُنَا
، فَقَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – « يَا أَيُّهَا النَّاسُ ،
ارْبَعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ ، فَإِنَّكُمْ لاَ تَدْعُونَ أَصَمَّ وَلاَ
غَائِبًا ، إِنَّهُ مَعَكُمْ ، إِنَّهُ سَمِيعٌ قَرِيبٌ ، تَبَارَكَ
اسْمُهُ وَتَعَالَى جَدُّهُ »
Sumber : https://rumaysho.com/2068-mengeraskan-suara-pada-dzikir-sesudah-shalat.html
Sumber : https://rumaysho.com/2068-mengeraskan-suara-pada-dzikir-sesudah-shalat.html
كُنَّا
مَعَ رَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – ، فَكُنَّا إِذَا
أَشْرَفْنَا عَلَى وَادٍ هَلَّلْنَا وَكَبَّرْنَا ارْتَفَعَتْ أَصْوَاتُنَا
، فَقَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – « يَا أَيُّهَا النَّاسُ ،
ارْبَعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ ، فَإِنَّكُمْ لاَ تَدْعُونَ أَصَمَّ وَلاَ
غَائِبًا ، إِنَّهُ مَعَكُمْ ، إِنَّهُ سَمِيعٌ قَرِيبٌ ، تَبَارَكَ
اسْمُهُ وَتَعَالَى جَدُّهُ »
Sumber : https://rumaysho.com/2068-mengeraskan-suara-pada-dzikir-sesudah-shalat.html
Sumber : https://rumaysho.com/2068-mengeraskan-suara-pada-dzikir-sesudah-shalat.html
كُنَّا
مَعَ رَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – ، فَكُنَّا إِذَا
أَشْرَفْنَا عَلَى وَادٍ هَلَّلْنَا وَكَبَّرْنَا ارْتَفَعَتْ أَصْوَاتُنَا
، فَقَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – « يَا أَيُّهَا النَّاسُ ،
ارْبَعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ ، فَإِنَّكُمْ لاَ تَدْعُونَ أَصَمَّ وَلاَ
غَائِبًا ، إِنَّهُ مَعَكُمْ ، إِنَّهُ سَمِيعٌ قَرِيبٌ ، تَبَارَكَ
اسْمُهُ وَتَعَالَى جَدُّهُ »
Sumber : https://rumaysho.com/2068-mengeraskan-suara-pada-dzikir-sesudah-shalat.html
Artinya : Sumber : https://rumaysho.com/2068-mengeraskan-suara-pada-dzikir-sesudah-shalat.html
“Ringankanlan atas diri kalian (jangan mengerasakan suara secara berlebihan) karena susunggunya kalian tidak berdoa kepada Dzat yang tidak mendengar dan tidak kepada yang ghaib, akan tetapi kalian berdoa kepada Dzat Yang Maha Mendengar dan Maha Melihat” (H.R. Bukhari)
Dalam hadits Abu Musa Al Asy’ari radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,
Sumber : https://rumaysho.com/2068-mengeraskan-suara-pada-dzikir-sesudah-shalat.html
كُنَّا مَعَ
رَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – ، فَكُنَّا إِذَا أَشْرَفْنَا
عَلَى وَادٍ هَلَّلْنَا وَكَبَّرْنَا ارْتَفَعَتْ أَصْوَاتُنَا ، فَقَالَ
النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – « يَا أَيُّهَا النَّاسُ ، ارْبَعُوا
عَلَى أَنْفُسِكُمْ ، فَإِنَّكُمْ لاَ تَدْعُونَ أَصَمَّ وَلاَ غَائِبًا ،
إِنَّهُ مَعَكُمْ ، إِنَّهُ سَمِيعٌ قَرِيبٌ ، تَبَارَكَ اسْمُهُ
وَتَعَالَى جَدُّهُ »
“Kami pernah bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Jika sampai ke suatu lembah, kami bertahlil dan bertakbir dengan mengeraskan suara kami. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas bersabda, “Wahai sekalian manusia. Lirihkanlah suara kalian. Kalian tidaklah menyeru sesuatu yang tuli dan ghoib. Sesungguhnya Allah bersama kalian. Allah Maha Mendengar dan Maha Dekat. Maha berkah nama dan Maha Tinggi kemuliaan-Nya.” (HR. Bukhari no. 2830 dan Muslim no. 2704).Sumber : https://rumaysho.com/2068-mengeraskan-suara-pada-dzikir-sesudah-shalat.html
Hadis berdzikir dengan suara keras :
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ : أَنَّ رَفْعَ
الصَّوْتِ بِالذِّكْرِ حِينَ يَنْصَرِفُ النَّاسُ مِنَ الْمَكْتُوبَةِ،
كَانَ عَلَى عَهْدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ (رواه
البخاري ومسلم)
Artinya : “Dari Ibnu Abbas ra ia berkata: ‘Bahwa mengerasakan suara dalam berdzikir ketika orang-orang selesai shalat maktubah itu sudah ada pada masa Nabi saw” (H.R. Bukhari-Muslim)
Dari kedua hadits tersebut dapat dipahami bahwa melembutkan suara dan mengeraskan suara dalam berdzikir sama-sama memiliki landasan yang shahih.
Imam
an-Nawawi dalam kitab Ruh Al-Bayan berusaha mengambil jalan tengah atas kedua
hadis diatas tersebut dengan tulisannya sebagai berikut :
“hadis-hadis
yang menganjurkan (mustahab) mengeraskan suara dalam berdzikir dan hadis-hadis
yang menganjurkan memelankan suara dalam berdzikir; bahwa memelankan suara
dalam berdzikir itu lebih utama sekiranya dapat menutupi riya dan mengganggu
orang yang shalat atau orang yang sedang tidur. Sedangkan mengeraskan suara
dalam berdzikir itu lebih utama pada selain dua kondisi tersebut karena:
pebuatan yang dilakukan lebih banyak, faidah dari berdzikir dengan suara keras
itu bisa memberikan pengaruh yang mendalam kepada pendengarnya, bisa
mengingatkan hati orang yang berdzikir, memusatkan perhatiannya untuk melakukan
perenungan terhadap dzikir tersebut, mengarahkan pendenganrannya kepada dzikir
terebut, menghilankan kantuk dan menambah semangatnya”.
Sehingga jika ada orang lain berdzikir lembut ataupun mengeraskan suaranya baik setelah sholat maupun diwaktu yang lain, mari kita pahami bahwa itu semua diajarkan oleh Rasulullah dan lebih baik jika kita mengikutinya.
Berdoa
diakhir dzikir :
Biasanya diakhir
dzikir berjamaah ditutup dengan doa dan jamaah yang lain/makmum mengamininya.
Kenapa kita sebaiknya mengamini doa imam/orang lain?
Surat Yunus ayat 88-89
Allah mewahyukan:
وَقَالَ مُوسَىٰ رَبَّنَا إِنَّكَ آتَيْتَ فِرْعَوْنَ وَمَلَأَهُ زِينَةً
وَأَمْوَالًا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا رَبَّنَا لِيُضِلُّوا عَنْ
سَبِيلِكَ ۖ رَبَّنَا اطْمِسْ عَلَىٰ أَمْوَالِهِمْ وَاشْدُدْ عَلَىٰ
قُلُوبِهِمْ فَلَا يُؤْمِنُوا حَتَّىٰ يَرَوُا الْعَذَابَ الْأَلِيمَ (88)
(89) قَالَ قَدْ أُجِيبَتْ دَعْوَتُكُمَا فَاسْتَقِيمَا وَلَا تَتَّبِعَانِّ سَبِيلَ الَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ
Artinya :
"Musa
berkata,"Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau telah memberi kepada Firaun
dan pemuka-pemuka kaumnya perhiasan dan harta kekayaan dalam kehidupan dunia.
Ya Tuhan kami akibatnya mereka menyesatkan (manusia) dari jalan Engkau. Ya
Tuhan kami, binasakanlah harta benda mereka dan kunci matilah hati mereka, maka
mereka tidak beriman hingga mereka mendapat siksaan yg pedih. (88)
Allah
berkata:Sesungguhnya telah diperkenankan permohonan kamu berdua, sebab itu
tetaplah kamu berdoa pada jalan yg lurus dan janganlah sekali-kali kamu
mengikuti jalan orang-orang yg tidak mengetahui." (89). (QS.
Yunus, 88-89).
Dalam ayat 88 diatas
jelas disebutkan bahwa yang berdoa hanyalah Nabi Musa, akan tetapi mengapa
didalam ayat 89 Allah menyatakan bahwa doa mereka berdua, yakni Nabi Musa dan
Nabi Harun telah diterima. Ketika menjelaskan permasalahan ini para ahli tafsir menyatakan
bahwa meskipun yg berdoa hanya Nabi Musa akan tetapi Nabi Harun mengaminkan doa
beliau. Karena itulah Allah menyatakan doa keduanya dikabulkan karena orang yg
mengaminkan doa sejatinya sama dengan orang yg berdoa. Jelaslah pada kisah
diatas disebutkan bahwa Nabi Harun mengaminkan doa Nabi Musa.
Hadis tentang
Rasulullah menyuruh Umar bin Khattab minta didoakan oleh Uwais Alqarni:
Khalifah Umar Bin Khattab minta
doa kepada orang shalih, padahal Khalifah Umar sudah dijamin masuk surga oleh
Rasulullah SAW:
"Ketika Khalifah Umar bin
Khaththab RA didatangi oleh rombongan orang-orang Yaman, ia selalu bertanya
kepada mereka; 'Apakah Uwais bin Amir dalam rombongan kalian? ' Hingga pada
suatu hari, Khalifah Umar bin Khaththab bertemu dengan Uwais seraya bertanya;
'Apakah kamu Uwais bin Amir? ' Uwais menjawab; 'Ya. Benar saya adalah Uwais.'
Khalifah Umar bertanya lagi; 'Kamu berasal dari Murad dan kemudian Qaran? '
Uwais menjawab; 'Ya benar.' Selanjutnya Khalifah Umar bertanya lagi; 'Apakah
kamu pernah terserang penyakit kusta lalu sembuh kecuali tinggal sebesar mata
uang dirham pada dirimu? ' Uwais menjawab; 'Ya benar.' Khalifah Umar bertanya
lagi; 'Apakah ibumu masih ada? ' Uwais menjawab; 'Ya, ibu saya masih ada.'
Khalifah Umar bin Khaththab berkata; 'Hai Uwais, sesungguhnya aku pernah
mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Uwais bin Amir
akan datang kepadamu bersama rombongan orang-orang Yaman yang berasal dari
Murad kemudian dari Qaran. Ia pernah terserang penyakit kusta lalu sembuh
kecuali tinggal sebesar uang dirham. Ibunya masih hidup dan ia selalu berbakti
kepadanya. Kalau ia bersumpah atas nama Allah maka akan dikabulkan sumpahnya
itu, maka jika kamu dapat memohon agar dia memohonkan ampunan untuk kalian,
lakukanlah! ' Oleh karena itu hai Uwais, mohonkanlah ampunan untukku! ' Lalu
Uwais pun memohonkan ampunan untuk Umar bin Khaththab”. (Shahih Muslim 4612, 4613)
Dari hal tersebut diatas, walau beberapa pendapat mengatakan bahwa Rasulullah tidak melakukan dzikir bersama dan doa bersama setelah sholat, namun juga tidak ada dalil yang melarangnya, dzikir dan doa bersama dilakukan berdasar hadis dari Abu Hurairah ra dan Abi Said al-Khudri ra diatas(HR. Muslim) selain itu hal tersebut termasuk ibadah ghairu maghdhah(ibadah yg tidak diatur tata caranya), sehingga tidak ada masalah jika kita melakukannya.
Ketika selesai sholat tunggulah dan aminilah doanya imam, ketika di majelis dzikir tunggulah dan aminilah doa pemimpinnya, ketika kita tidak sedang berkonsentrasi dan ada orang lain sedang berdoa dan kita mendengarnya maka aminilah.
I’tibar
:
Banyak sekali bahasan
tentang berdzikir dan berdoa baik sendiri maupun berjamaah, kami ingin mengajak
agar kita dalam menyikapi perbedaan lebih bijaksana dan tidak merasa paling
benar sendiri. Kita ambil perbedaan tersebut sebagai tambahan wawasan ilmu
sehingga kita bisa lebih bijaksana dan moderat(ummatan wasathon).
Berdzikir dan
berdoa sangat dianjurkan baik di dalam Al-quran maupun hadis, baik setelah
sholat maupun pada momen-momen tertentu. Apakah dilakukan dengan
sendiri-sendiri maupun berjamaah, ataukah dilakukan dengan suara lembut maupun
keras, semuanya ada dasarnya dan dianjurkan oleh Rasulullah, karena tidak ada
suatu kebaikan yang dilakukan akan menyebabkan kita tersesat.
Yang bisa kita
lakukan adalah kita ikuti majelis-majelis dzikir dan doa, amini doa orang lain,
mintalah doa dari yang lain, kalaupun kita tidak sempat dan ada orang lain yang
sedang berdoa, mari kita amini, karena kita tidak tahu dari siapa doa akan
lebih mudah terkabulkan.
Mohon maaf dan
semoga bermanfaat.
و
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
شفاعة
كُنَّا
مَعَ رَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – ، فَكُنَّا إِذَا
أَشْرَفْنَا عَلَى وَادٍ هَلَّلْنَا وَكَبَّرْنَا ارْتَفَعَتْ أَصْوَاتُنَا
، فَقَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – « يَا أَيُّهَا النَّاسُ ،
ارْبَعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ ، فَإِنَّكُمْ لاَ تَدْعُونَ أَصَمَّ وَلاَ
غَائِبًا ، إِنَّهُ مَعَكُمْ ، إِنَّهُ سَمِيعٌ قَرِيبٌ ، تَبَارَكَ
اسْمُهُ وَتَعَالَى جَدُّهُ »
Sumber : https://rumaysho.com/2068-mengeraskan-suara-pada-dzikir-sesudah-shalat.html
Sumber : https://rumaysho.com/2068-mengeraskan-suara-pada-dzikir-sesudah-shalat.html
كُنَّا
مَعَ رَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – ، فَكُنَّا إِذَا
أَشْرَفْنَا عَلَى وَادٍ هَلَّلْنَا وَكَبَّرْنَا ارْتَفَعَتْ أَصْوَاتُنَا
، فَقَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – « يَا أَيُّهَا النَّاسُ ،
ارْبَعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ ، فَإِنَّكُمْ لاَ تَدْعُونَ أَصَمَّ وَلاَ
غَائِبًا ، إِنَّهُ مَعَكُمْ ، إِنَّهُ سَمِيعٌ قَرِيبٌ ، تَبَارَكَ
اسْمُهُ وَتَعَالَى جَدُّهُ »
Sumber : https://rumaysho.com/2068-mengeraskan-suara-pada-dzikir-sesudah-shalat.html
Sumber : https://rumaysho.com/2068-mengeraskan-suara-pada-dzikir-sesudah-shalat.html
Komentar
Posting Komentar