Pemberian Nama yang Baik pada Anak Dapat Menentukan Jati Dirinya




السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Marilah kita tingkatkan ketaqwaan kita kepada Allah Ta’ala. Dengan taqwa yang sebenar-benarnya yaitu dengan menjalankan semua perintah Allah dan meninggalkan semua laranganNya agar kita menjadi orang yang paling mulia menurutNya. Anak merupakan titipan serta bentuk anugerah yang diberikan oleh Allah. Selain bertugas untuk mematuhi orang tua dan mendoakannya, mereka memiliki hak untuk disayangi. Salah satu bentuk rasa sayang itu adalah memberikan nama yang baik untuk anak-anak mereka. Nama adalah do’a yang diharapkan nantinya dapat menjadi pantulan diri dan kepribadiannya. Namun, apakah selalu anak dengan nama yang baik maka perilakunya juga baik?
Dalam suatu Firman Allah dan hadits Rasul:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَومٌ مِّن قَوْمٍ عَسَى أَن يَكُونُوا خَيْراً مِّنْهُمْ وَلَا نِسَاء مِّن نِّسَاء عَسَى أَن يَكُنَّ خَيْراً مِّنْهُنَّ وَلَا تَلْمِزُوا أَنفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ بِئْسَ الاِسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ وَمَن لَّمْ يَتُبْ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ -١١-
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok), dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan lain, (karena) boleh jadi perempuan (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain, dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barangsiapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.”
Rasulullah bersabda:
عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَكْرِمُوا أَوْلَادَكُمْ وَأَحْسِنُوا أَدَبَهُمْ.
“(IBNUMAJAH - 3661) : Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Muliakanlah anak-anak kalian dan perbaikilah tingkah laku mereka."
Nama dan gelar seseorang merupakan manifestasi dari karakter diri seseorang. Karena nyatanya, nama dan gelar yang baik itu mewakili nilai dan kebaikan seseorang dan nama gelar yang buruk merupakan hal yang tidak menyenangkan yang dapat mengarahkan ke suatu perbuatan buruk yakni, hinaan. Ketika seseorang bernama buruk dihina maka hal tersebut dapat mematikan karakter seseorang sehingga menyebabkan orang menjadi rendah diri diantara teman dan masyarakat pada umumnya serta menimbulkan rasa benci dan dendam dalam hatinya.
Sejarawan, Ibn Atsir dalam karyanya “Asad al-Ghabah” menceritakan bahwa Rasulullah dahulu setiap berjumpa dengan orang-orang bernama buruk, beliau akan langsung mengubah namanya. Sebagai contoh, suatu hari seorang pekerja di sebuah tempat penyembahan berhala melihat seekor rubah buang air di salah satu berhala. Kemudian orang itu berpikir, “Apa kami menyembah benda yang bahkan tidak bisa membela dirinya sendiri, yang bahkan tidak mampu menjauhkan rubah dari dirinya sendiri?”. Pemikiran yang mendalam itu berdampak besar sehingga terciptalah beberapa baris puisi sehubungan dengan pemikirannya tadi yang berbunyi:
“Apakah patung batu yang dikencingi oleh seekor rubah layak untuk disembah? Segala sesuatu yang dikencingi rubah pastilah lemah”
Setelah itu ia menghadap Rasulullah dan menceritakan apa yang telah ia lihat. Kemudian Rasulullah bertanya siapa nama pria ini, ia menjawab “Nama saya Ghawi bin Zhalim” yang bila di rubah ke Bahasa Indonesia adalah Ghawi bermakna orang yang telah tertipu atau sesat dan Zhalim yang memiliki makna penindas. Sehingga, oleh Rasulullah nama pria tersebut diganti menjadi Rasyid bin Abdullah. Jadi, setiap orang tua memiliki kewajiban memberi nama-nama yang baik untuk anak sebagai hak anak tersebut.
Dalam hak asasi manusia disebutkan bahwa anak berhak menyandang nama sama seperti dia berhak menyandang nama bangsanya, namun tidak pernah disebutkan anak harus memiliki nama yang pantas. Islam sangat tepat dengan memperhatikan kebutuhan-kebutuhan anak dari sebelum lahirnya hingga sesudah ia dilahirkan. Salah satunya adalah memberi nama. Pemberian nama pastilah dilakukan orang tua sebelum bayi tersebut dilahirkan. Bagian terpentingnya adalah pemberian nama tersebut merupakan bentuk kecintaan ayah dan ibu untuk si anak, sehingga mereka akan berusaha memberikan nama yang baik untuk anak mereka.
Menurut islam ketika memilih nama untuk anak, orang tua harus ingat pola asuh dan pemeliharaan jangka panjang atas anak tersebut. Sehingga, mereka dapat berpikir nama anak akan terus ada bersama anak tersebut dan hidup bersama anak tersebut. Jikalau nama anak tersebut buruk maka dapat menjadi penghalang dan setiap kali orang dengan nama yang buruk itu mendengar namanya dipanggil maka ia akan merasa hina dan terluka hatinya atau bahkan menderita karena merasa malu.
Ketika seseorang bertanya kepada Rasulullah, “Apa hak anak yang harus saya tunaikan?” Rasul menjawab, “Engkau harus memberinya nama yang baik dan membimbingnya dengan cara yang baik. Kebenaran akan berpihak kepadamu kalau engkau memberi nama yang baik”.
I’tibar:
Oleh karena itu, pemberian nama yang baik adalah suatu pintu awal menuju kebaikan. Memang banyak sekali seseorang dengan nama yang baik namun tidak sesuai dengan perilakunya. Namun, dengan mengerti akan makna namanya sendiri, mengerti kebaikan yang terkandung di dalamnya merupakan suatu pintu menuju perubahan yang lebih baik sehingga ia akan terus dituntun. Sehingga, doakanlah anak-anak kita salah satunya melalui nama yang kita berikan karena nama itu akan terus bersamanya dan menemaninya hingga akhir hayatnya.
Demikian. Semoga Bermanfaat.

و السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aliran Hulul dalam Tasawuf

AWAS "MUNAFIK" !

SPIRIT MEMBERSIHKAN HATI DARI HASAD