SPIRIT BERLAKU ADIL





 السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ


Wahai saudara-saudaraku, marilah kita selalu meningkatkan ketaqwaan kepada Allah Swt., salah satunya dengan berlaku adil karena adil itu sangat dekat dengan taqwa, dan sesungguhnya sebaik-baik kita dhadapan Allah adalah kita yang bertaqwa.

Definisi adil, secara Bahasa Adil Berasal dari bahasa arab yang berarti proporsional, tidak berat sebelah, jujur.  Secara Istilah ada beberapa makna antara lain: menempatkan sesuatu pada tempatnya. 
Menurut Al Ghozali adil adalah keseimbangan antara sesuatu yang lebih dan yang kurang
Menurut Ibnu Miskawaih keadilan adalah Memberikan sesuatu yang semestinya kepada orang yang berhak terhadap sesuatu itu.
Sehingga, orang yang adil adalah orang yang berjalan lurus dan sikapnya selalu menggunakan ukuran yang sama, bukan ukuran ganda. Persamaan inilah yang menunjukkan orang yang adil tidak berpihak kepada salah seorang. Adil juga dimaknai sebagai menempatkan sesuatu pada tempat yang semestinya.

Allah Swt. Maha-adil. Dia menempatkan semua manusia pada posisi yang sama dan sederajat. Tidak ada yang ditinggikan hanya karena keturunan, kekayaan, atau karena jabatan. Dekat jauhnya posisi seseorang dengan Allah Swt. hanya diukur dari seberapa besar mereka berusaha meningkatkan takwanya. Makin tinggi takwa seseorang, makin tinggi pula posisinya, makin mulia dan dimuliakan oleh Allah Swt., begitupun sebaliknya.  Sebagian dari keadilan-Nya, Dia hanya menghukum dan memberi sanksi kepada mereka yang terlibat langsung dalam perbuatan maksiat atau dosa. Istilah dosa turunan,  hukum karma, dan lain semisalnya tidak dikenal dalam syari’at Islam.

Beberapa diantara firman Allah tentang perintah berlaku adil :
1.      Allah SWT berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar menegakkan keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabatmu .” (An-Nisa’: 135)
2.       “Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil kendatipun dia adalah kerabat(mu).” (Al-An’âm : 152)
3.      (QS. Al-Mâ`idah : 8)

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ ۖ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَىٰ أَلَّا تَعْدِلُوا ۚ اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىٰ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

 “Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Tafsir al-misbah atas Surat Al-Maidah ayat 8:
Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kalian senantiasa menjalankan perintah-perintah Allah dan melaksanakan persaksian di antara manusia dengan benar. Janganlah kebencian kalian yang sangat kepada suatu kaum membawa kalian untuk bersikap tidak adil kepada mereka. Tetaplah berlaku adil, karena keadilan merupakan jalan terdekat menuju ketakwaan kepada Allah dan menjauhi kemurkaan-Nya. Takutlah kalian kepada Allah dalam setiap urusan. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui semua yang kalian perbuat dan Dia akan memberi balasan yang setimpal. Islam telah menyeru umat manusia untuk selalu konsisten dengan keadilan, baik dengan penguasa maupun dengan musuh. Maka, merupakan tindakan yang tidak benar kalau kebencian mengakibatkan perlakuan tidak adil. Hal itu diterapkan pada hubungan antar individu, dan hubungan antar institusi atau negara. Bersikap adil terhadap musuh diterangkan oleh al-Qur'ân secara sangat jelas, sebagai sikap yang mendekatkan diri kepada takwa. Seandainya prinsip keadilan itu diterapkan dalam hukum internasional, maka tidak akan ada peperangan. Dan kalau setiap agama mempunyai ciri khas tersendiri, maka ciri khas Islam adalah konsep tauhid dan keadilan.

Untuk itu marilah kita selalu berlaku adil karena adil itu sangat dekat dengan taqwa, seringkali kita mampu/mudah mengadili orang lain sementara kita tidak mampu mengadili diri kita sendiri, apabila ketidakadilan/kezaliman menimpa kita mari kita mencoba untuk belajar bersabar dengan jalan tidak membalasnya karena jika kita membalasnya itu menunjukkan bahwa kualitas kita dihadapanNya sama dengan orang yang kita balas, cukuplah kita serahkan ke yang Maha Adil untuk mengurusnya.
Jangan sampai kebencian kita atau kesukaan kita atau ketakutan kita atau kekuasaan kita kepada suatu kaum/seseorang/kerabat membuat kita berlaku tidak adil/zalim sehingga membawa kita keluar dari jalan ketaqwaan kepadaNya, karena sesungguhnya sebaik-baik kita dihadapan Allah adalah kita yang bertaqwa.

Demikian, mohon maaf atas kekhilafan kami, dan semoga bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi kita semua pada umumnya…aamiin.

 وَ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
شفاعة



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aliran Hulul dalam Tasawuf

AWAS "MUNAFIK" !

SPIRIT MEMBERSIHKAN HATI DARI HASAD